Saturday, January 27, 2024

Suka cita keluarga Allah

"Suka cita Keluarga Allah"Membangun Gereja, Jemaat baru adalah Membangun Keluarga Allah dengan Yesus Kristus sebagai dasar. Karena itu sukacita tiap individu menjadi sukacita bersama



Melihat sukacita jemaat dalam keluarga Allah menjadi sukacita tersendiri bagi pelayan Tuhan. Jemaat yang mulai beribadah pada bulan Juni 2022, hampir setahun, seiring menurunnya penyebaran covid-19 tampak menampilkan sukacita dalam ber foto bersama. Kami mulai merintis jemaat ini Februari 2020, satu bulan kemudian karena covid, ibadah diselenggarakan secara online. Persoalan kuota hp menjadi tantangan tersend. Oleh anugerah Tuhan jemaat yang kecil ini setia beribadah kepada Tuhan.Semangat untuk melayani Tuhan terungkap jelas pada saat retreat bersama jemaat untuk merumuskan program pelayanan bersama, semua anggota jemaat memiliki tempat pelayanan sesuai karunia dan talenta masing-masing. Tidak ada yang terunggul, kami semua sama-sama anggota tubuh Kristus, dengan Yesus sebagai kepala.Bapak/Ibu/saudara yang mungkin kehilangan tempat ibadah, tidak lagi beribadah secara offline, belum memiliki keanggotaan gereja, dan ingin bertumbuh menjadi anggota keluarga Allah yang baik, silahkan bergabung bersama kami.Hubungi: 081310947679


https://www.binsarinstitute.id/2023/05/suka-cita-keluarga-allah.html />  

Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia


http://dlvr.it/T1xCKQ

Menguji kepakaran?

 Pada era informasi dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, kita kerap disuguhi pemikiran-pemikiran yang tak berlandaskan karya ilmiah, meski pembicara bergaya layaknya pakar, dan herannya, pembicara itu bergairah mengutarakan kajian yang amat beragam, wajar jika kita bertanya pakar apa orang itu?









Hari-hari ini kita sering mendengar istilah kajian Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin. Istilah ini secara khusus akrab untuk mereka yang biasa merancang kurikulum perguruan tinggi.  Apakah perbedaan kualifikasi ketiganya? Uraian ini sekaligus menjadi alat untuk menguji kepakaran.

Pada program sarjana, secara khusus jika kita melihat dari sudut Kerangka Kualifikasi Nasional Idonesia (KKNI), kualifikasinya adalah level 6 (enam), yaitu analisis deskriptif. Pada level ini, luaran atau lulusan memiliki kemampuan membangun teori, secara khusus teori yang menjadi konsentrasi program studi itu. Membangun teori ini kemampuan awal seorag ilmuwan, karena tanpa teori kita tidak bisa membaca realitas.

Untuk memperluas wawasan level 6 (enam) ini lulusan di bekali dengan teori-teori yang memiliki kaitan dengan teori utama yang menjadi konsentrasi program studi itu, teori-teori yang diperlukan untuk membaca realitas yang terkait dengan kerja atau pelayanan lulusan.Suasana akademik yang terbentuk adalah terciptanya kajian-kajian multidisiplin. 

Lulusan dipersiapkan untuk memiliki wawasan bahwa teori yang dipahaminya bukan jalan tunggal untuk jawaban segala sesuatu. Pada level multi disiplin ini luaran belum memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan disiplin ilmu yang berbeda, atau teori-teori yang berbeda dengan konsentrasi keilmuannya, karena kualifikasi level itu hanya pada analitis deskriptif, menganalis apakah sebuah bangunan teori yang dibentuk itu memenuhi prosedur yang telah dipelajari.

Pada level 8 KKNI barulah luaran memiliki kemampuan interdisiplin. Saya tidak membahas level 7 KKNI, karena kualifikasi level 8 akademik ini setara dengan level 8 profesi 2, sedang level 7 adalah profesi 1. Pada level 8 akademik ini kualifikasi luaran adalah interdisiplin, luaran bukan hanya menguasai satu teori, seperti pada level sarjana, dan perlu diingat kemampuan membangun teori level sarjana ini lebih kepada prosedur pembangunan teori.

Tamatan Magister memiliki kualifikasi evaluasi, artinya luaran mampu melakukan kritik atau perbandingan dua teori. Kedua teori itu tentunya adalah berasal dari dua disiplin ilmu atau kajian yang bisa diintegrasikan . Luaran memiliki penguasaan minimal dua teori yang diintegrasikan. 

Pekerjaan kajian interdisiplin akan menghasilkan solusi atau sebuah masalah yang disoroti dengan menggunakan dua teori dengan hasil yang lebih baik dibandingkan kajian multi disiplin yang masing-masing menyoroti masalah dalam perspektif teori yang berbeda, serta tanpa usaha integrasi. 

Berbeda dengan kajian multi disiplin yang hanya pada tataran wawasan, bahwa jawaban terhadap satu masalah bukan hanya pada teori tertentu, tetapi juga pada teori lain, maka dalam kajian interdisiplin berpusat pada usaha untuk menghasilkan jawaban terhadap sebuah masalah. 

Kajian interdisiplin menghasilkan Jawaban yang lebih baik terhadap satu persoalan dibandingkan muti disiplin. Jangan lupa, penelitian merupakan usaha untuk memberikan solusi bukan bergenit-genit dengan teori.

Selanjutnya pada level doktor, level 9 KKNI, luaran memiliki kemampuan pengembangan teori atau merumuskan teori baru. Dalam kajian-kajian konseptual biasanya luaran memiliki kemampuan untuk mengembangkan teori, itulah sebabnya karya akhir kajian konseptual akan menyusuri teori-teori para pakar, kemudian mengembangkan teori-teori pakar yang ada. 

Kajian konseptual ini biasa kita temukan pada kajian filosofis atau metafisika. Pada kajian empiris kualitatif dan kuantitatif, sebelumnya perlu juga dipahami bahwa kajian empiris bisa merupakan kajian eksperimen di laboratorium atau bisa juga kajian eksperimen di luar laboratorium, asalkan memenuhi syarat kajian ekperimen, yaitu peneliti membuat perlakuan terhadap variable-variabel yang diteliti sebagaimana layaknya penelitian eksprimen laboratorium.

Tidak salah jika kita mengatakan, Kemajuan ilmu pengetahuan sesungguhnya menjadi tanggung jawab para lulusan doktor secara khusus, itulah sebabnya para doktor itu perlu membimbing dosen yunior, demikian juga mahasiswa untuk menemukan hal-hal baru, atau memberikan jawaban terhada permasalahan masyarakat. 

Kajian pada level doktor selain meneumukan teori baru atau mengembangkan teori, bisa juga merupakan penerapan baru sebuah teori, maksudnya dari berbagai pandangan pakar tentang teori yang sama dicari sintesisnya, kemudian dicari penerapan baru yang merupakan solusi terhadap permasalahan yang ada.

Pada penelitian kuantitatif level doktor ini umumnya minimal variabel yang diteliti adalah 3 variabel. Penelitiannya juga  bukan hanya hubungan sebab akibat, tetapi juga hubungan interaksi. Itu dimungkinkan karena pada level ini kemampuan penelitian program doktor sudah mencapai puncaknya, dan sejatinya mampu menghasilkan karya-karya baru, tentu saja terkait dengan program studi yang ditekuninya. 

Pertanyaannya kemudian, apa yang dimaksud dengan kajian transdisiplin yang menjadi kualifikasi level doktor untuk memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan dalam masyarakat?

Berbeda dengan level magister dengan kualifikasi interdisiplin, dimana kedua teori yang dievaluasi merupakan kajian yang dipelajari dalam proram studi itu, maka pada kajian transdisiplin, kajian yang digunakan untuk memberikan solusi terhadap sebuah permasalahan, tidak hanya dilihat dari kajian yang dipelajari pada program studi. Tapi, seorang tamatan doktor bisa menggunakan kajian yang dipelajari sendiri di luar program studinya untuk memberikan jawaban yang lebih baik terhadap sebuah permasalahan.

Tentu saja tidak tiba-tiba seorag doktor menggunakan beberapa teori untuk menjawab permasalahan, tetapi terlebih dulu memahami teori itu. Jangan lupa, seorang tamatan doktor mestinya mampu membangun teori dari data yang dikumpulkannya. Kemampuan grounded theory, membangun teori dari data perlu dikuasai seorang lulusan docktor, itulah sebabnya seorang doktor memiliki kemampuan mengerjakan kajian transdisiplin.

Kita tentu tidak heran jika Calvin seorang doktor hukum mampu menghasilkan karya-karya teologi bermutu, karena kemampuan Calvin sebagai seorang doktor hukum dalam membangun teori-teori hukum, tentu saja dapat digunakan untuk membangun teologi sebagaimana telah dikerjakannya. Tapi sayangnya, teologi Calvin kerap dibekukan, seakan itu rumusan baku dan tidak bersalah. Teologi Calvin seakan berada di atas Alkitab.



Kita tentu setuju setiap luaran sarjana, magister dan doktor perlu bicara pada bidang keahliannya, demikian juga seorang tamatan doktor. Itulah sebabnya karya-karya seorang ilmuwan di jurnal ilmiah perlu merujuk pada kajian-kajian sebelumnya. 





 
https://www.binsarinstitute.id/2023/11/menguji-kepakaran.html />
Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia


http://dlvr.it/T1xCCn

Mengungkap Kejahatan Pendidikan

 


 





Mengungkap Kejahatan Pendidikan




 



Saya setuju
pendidikan tinggi merupakan institusi tercepat yang dapat menghadirkan
perubahan dalam kehidupan masyarakat, utamanya dalam mewujudkan masyarakat
sejahtera, adil dan makmur.



Siapapun yang
mengelola pendidikan tinggi perlu menjaga mutu dan meningkatkan mutu pendidikan
tinggi secara berkelanjutan.  Membiarkan pendidikan tinggi tidak bermutu dan membiarkan luaran perguruan
tinggi tanpa kompetensi merupakan kejahatan.



Akreditasi
merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengawasi mutu pendidikan tinggi
sesuai dengan undang-undang pendidikan tinggi. Akreditasi sebagai audit mutu
eksternal mengukur, menilai dan mengevaluasi berdasarkan standar eksternal yang
ditetapkan pemerintah dalam standar nasional pendidikan tinggi.



Kompetensi
lulusan perguruan tinggi yang direncanakan sebuah perguruan tinggi juga ada
acuannya, yaitu Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), itu ditetapkan
untuk membedakan kualifikasi seorang sarjana, magister dan doktor. Apa jadinya
Jika lulusan perguruan tinggi yang menyandang gelar sarjana, magister dan
doktor itu tidak menghsilkan karya bermutu?



Akreditasi
bukanlah cara pemerintah untuk menutup perguruan tinggi, sebaliknya
memfasilitasi pengelola pendidikan tinggi untuk melaksanakan kewajiban
menghadirkan pendidikan tinggi bermutu. Demikian juga standar kompetensi lulusan
yang mengacu pada KKNI menjamin bahwa lulusan perguruan tinggi memiiki
kompetensi yang ditetapkan mengacu standar nasional pendidikan tinggi.



Bagaimanakah
dengan kondisi pendidikan tinggi keagamaan Kristen di Indonesia?



Berdasarkan
level akreditasi yang pada umumnya hanya menduduki akreditasi baik, yang
awalnya menggunakan sebutan akreditasi C sudah dapat diduga bahwa mutu
pendidikan tinggi keagamaan Kristen di Indonesia masih rendah.



Belum lagi
setiap pendidikan tinggi keagamaan Kristen yang didirikan gereja umumnya
berafiliasi pada denominasi gereja yang beragam, sehingga ketika sebuah
pendidikan tinggi ingin menetapkan profil lulusan lingkup kerja lulusan
dibatasi oleh denominasi gereja pendiri pendidikan tinggi teologi itu. Itulah
sebabnya luaran perguruan tinggi teologi harus rela mengerjakan apa saja demi
mencukupi kebutuhan  hidup mereka karena
denominasi gereja membatasi lingkup pelayanan luaran perguruan tinggi.



Masih
rendahnya mutu perguruan tinggi teologi Kristen itu menyebabkan animo masyarakat
memasuki sekolah tinggi teologi semakin rendah, apalagi integrasi perguruan
tinggi teologi dengan pelatihan atau pendidikan warga gereja yang dilaksanakan
gereja tidak terjadi.



Rendahnya
mutu perguruan tinggi teologi tampak pada input perguruan tinggi yang banyak
berkonsentrasi merekrut calon mahasiswa dari daerah tertinggal dengan
iming-iming bea siswa dan kelulusan yang mudah. 
Menurut saya perguruan tinggi perlu menyadari praktek jahat membiarkan
pendidikan tinggi tidak bermutu yang merugikan individu, masyarakat, bangsa dan
negara.



Kita tentu
setuju program doktor merupakan program penting yang menghasilkan temuan-temuan
baru yang bermutu untuk menghadirkan perubahan kearah yang lebih baik. Tapi,
apa jadinya jika luaran doktor teologi itu tidak bermutu?

 


https://www.binsarinstitute.id/2024/01/mengungkap-kejahatan-pendidikan.html />
Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia


http://dlvr.it/T1x23t

Wednesday, January 24, 2024

Pantai Ambon menjelang senja


http://dlvr.it/T1pnQcKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia


http://dlvr.it/T1qCKL

Pantai Ambon menjelang senja


http://dlvr.it/T1pn5xKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia


http://dlvr.it/T1qBy5

Gong perdamaian, museum gong perdamaian


http://dlvr.it/T1nbKrKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia


http://dlvr.it/T1nnPF

Tuesday, January 23, 2024

Ayo berkunjung ke Ambon


http://dlvr.it/T1lWrfKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia


http://dlvr.it/T1lshv

Binsar Antoni Hutabarat: Kebohongan Sekte Setan!

Binsar Antoni Hutabarat: Kebohongan Sekte Setan! :   Kebohongan Satanic atau Sekte Setan! Informasi terkair beredarnya kitab satanic yan...