Tuesday, February 28, 2023

Siap berlayar mengarungi Danau Toba, wonderful lake Toba

http://dlvr.it/Sk7PQTKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/Sk7SDb

Monday, February 27, 2023

Hubungan Agama dan Masyarakat, Moderasi Beragama, Politik Nusantara

http://dlvr.it/Sk3ZYlKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/Sk3dxP

Sunday, February 26, 2023

Keindahan alam menyatakan keagungan pencipta

http://dlvr.it/Sk1hSKKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/Sk1kVK

Memandang Indahnya Danau Toba dari Puncak Tele, Samosir.

http://dlvr.it/Sk01gMKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/Sk0H9m

Friday, February 24, 2023

Kebersamaan penting dalam hidup bersama

http://dlvr.it/SjwDLMKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjwNsJ

Thursday, February 23, 2023

Apa kabar riset grup PTKK

 Apa kabar riset grup PTKK? Pendidikan tinggi mendapatkan mandat untuk melaksanakan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat biasa disebut Tridharma Pendidikan Tinggi.  Apabila Tridharma pendidikan tinggi dilaksanakan dengan baik, maka kontribusi PTKK bagi kemajuan gereja dan masyarakat akan terlihat. PTKK perlu menjadi agen perubahan kearah yang lebih baik. Pertanyaanya kemudian, apa yang perlu dilakukan PTKK untuk memaksimalkan kontribusinya terhadap gereja, masyarakat, bangsa dan negara? Manurut saya pembentukan riset grup pada setiap PTKK menjadi salah satu strategi jitu untuk menghadirkan temuan-temuan yang bermanfaat bagi pengembangan gereja dan masyarakat. Kelompok -kelompok riset itu penting untuk mencapai visi keilmuan program studi, dan tentu saja melalui temuan-temuan baru itu, pengabdian masyarakat dapat dilaksanakan terintegrasi dengan pengembangan keilmuan program studi. Karya-karya penelitian dan pengabdian masyarakat yang terintegrasi akan memudahkan terjadinya integrasi pendidikan pengajaran, Penelitian dan pengabdian masyarakat. Pendidikan pengajaran pada PTKK akan berkembang dengan memanfaatkan hasil-hasil Penelitian dan pengabdian masyarakat. Saat ini dosen PTKK bukan hanya bingung dengan persyaratan artikel ilmiah untuk mendapatkan jabatan fungsional atau mengajukan kenaikan jabatan fungsional karena minimnya kelompok riset, yang kemudian berujung minimnya hasil-hasil Penelitian dosen. Itulah sebabnya pengabdian masyarakat di PTKK sering kali tidak terkait dengan bidang ilmu program studi di PTKK. Hingga saat ini saya belum menemukan jurnal pengabdian masyarakat yang diterbitkan PTKK. Kita sempat tercengan dengan peningkatan publikasi ilmiah pada jurnal nasional dan jurnal internasional, kita tentu bersyukur dengan peningkatan publikasi karya ilmiah dosen itu. Tapi, sebagaimana terjadi pada publikasi karya ilmiah pada dosen diluar PTKK yang tidak berelasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan, ternyata itu juga terjadi pada PTKK. Joki jurna scopus, jurnal bereputasi, jurnal terindeks Sinta kini tumbuh dengan subur menyasar dosen-dosen PTKK. Apalagi saat ini pengajuan jabatan fungsional baik pada jabatan asisten ahli dan lekor kepala yang dilaksanakan online dan berada di Dirjen Bimas Kristen sudah mulai berjalan dengan baik, setelah beberapa tahun sempat terhenti karena peralihan pengurusan secara manual ke aplikasi online Jafung.  Pengurusan Jafung Lektor kepala sampai Profesor berada di Sipak.diktis yang dikelola oleh direktur pendidikan Islam. Pengelolaan ini untuk dosen Kristen masih perlu banyak perbaikan, dan tahun ini adalah awal pengurusan jafung online itu bagi dosen agama Kristen. Kembai pada kelompok riset, dengan adanya kelompok riset maka publikasi artikel ilmiah hasil riset dapat berjalan dengan baik dan terus mengalami peningkatan. Jika tidak ada kelompok-kelompok riset itu, bagaimana bisa publikasi artikel di jurnal dengan dua penulis, bahkan tidak jarang ada tiga atau empat penulis.  Saya tidak paham kerja sama Penelitian model apa yang terjadi dalam publikasi jurnal scopus, atau jurnal bereputasi lainnya, termasuk jurnal terindeks Sinta. Apalagi banyak artikel yang dipublikasikan di jurnal scopus, jurnal bereputasi itu bukan hasil Penelitian. Karenamemang kelompok-kelompok riset itu sulit di jumpai di PTKK. Itulah sebabnya banyaknya publikasi ilmiah pada sebuah STT tidak berbanding lurus dengan kualitas perguruan tinggi. Kelompok-kelompok riset ini juga bisa dibangun pada asosiasi-asosiasi program studi. Saya bersyukur atas adanya usaha asosiasi program studi teologi dan Pendidikan Agama Kristen (ASPROTEPAK) yang sedang mengusahakan kelompok riset antar perguruan tinggi. Kiranya usaha mengarusutamakan PTKK dapat segera terwujud. Dr. Binsar A, Hutabarat Ketua Umum ASPROTEPAK https://www.binsarhutabarat.com/2023/02/apa-kabar-riset-grup-ptkk.html Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjrhWm

Wednesday, February 22, 2023

Apa Kabar Joki Jurnal Scopus?

Kabar merajalelanya Joki Jurnal terindeks Scopus, jurnal bereputasi internasional, jurnal nasional terindeks Sinta jika dibiarkan akan merugikan pendidikan tinggi di Indonesia, dan membuat pendidikan tinggi tak memiliki kemampuan melaksanakan tridharma pendidikan tinggi. Pada awal saya menyelesaikan Doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan saya bergairah menulis artikel ilmiah, kebetulan sejak tahun 2014 saya menjadi editor eksekutif Jurnal Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, juga reviewer di beberapa jurna ilmiah dan jurnal pengabdian masyarakat. Dalam waktu singkat lebih seratus dosen telah mengikuti pelatihan Penelitian dan penulisan karya ilmiah, baik pelatihan gratis yang saya lakukan di kantor saya, maupun pelatihan di kampus-kampus yang mengundang saya, secara khusus penulisan untuk publikasi jurnal ilmiah. Herannya prosentasi mereka yang bergairan menulis sangat kecil, tidak sampai 10 %. Saya tercengang, bangga sekaligus heran ketika peringkat publikasi ilmiah Indonesia di Asia Tenggara meningkat menjadi peringkat ke-21, padahal sepuluh tahun sebelumnya di berada di urutan ke-54. Negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura mengalami penurunan, Malaysia dari peringkat ke-23 menurun ke peringkat 24, sedang Singapura dari peringkat 40 menurun menjadi peringkat 41.  Lihat, Scientifik-Journal Rangking (SJR).  Peningkatan publikasi ilmiah juga terjadi pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen. Untuk mendapatkan jabatan fungsional yang lebih tinggi, secara khusus lektor kepala dan Professor, dosen berlumba-lumba memiliki artikel yang di publikasikan di jurnal internasional khususnya yang terindeks scopus.  Biaya yang digelontorlan tentu saja tidak sedikit. Malangnya, ada kabar dosen yang telah berhasil, menembus lektor kepala dengan syarat kecukupan publikasi artikel jurnal internasional, setelah meraih jabatan lektor kepala jurnalnya tidak ditemukan. Bisa jadi publikasinya pada jurnal predator yang kerap diumumlan scopus.  Sebagai seorang editor eksekutif yang pernah mengikuti percepatan akreditasi jurnal nasional tentu saja saya paham, peringkat jurnal utmanya bukan pada kualitas isi artikel, tapi pada tata Kelola jurnal. Pada kondisi ini joki mengambil kesempatan, apalagi joki tersebut tentu mampu membangun hubungan dengan pengelola jurnal. Hadirlah publikasi pada jurnal scopus dan jurnal bereputasi minim kontribusi keilmuan, karena memang tanpa Penelitian mendalam. Kita tentu prihatin, karya-karya penelitian di publikasikan pada jurnal OJS dengan tujuan agar karya-karya ilmiah itu berkontribusi bagi pengembangan keilmuan, yang akhirnya berguna memberikan solusi bagi persoalan masyarakat. Realitanya, meningkatnya publikasi ilmiah tidak berbanding lurus dengan meningkatnya kemampuan dosen menulis karya ilmiah, apalagi pengembangan ilmu pengetahuan. Keheranan saya terjawab, rupanya perjokian berperan penting dalam meningkatkan publikasi ilmiah pada perguruan tinggi di Indonesia, termasuk juga pada Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen. Secara khusus pengamatan saya adalah pada Prodi Pendidikan Agama Kristen yang memaksakan Penelitian kuantitatif tanpa mengajarkan statistik dengan baik. Saya menjumpai, ada kampus yang menekankan penguasaan aplikasi SPSS jauh lebih penting daripada penguasaan prosedur Penelitian.Apalagi ada yang menggunakan “Mix Methode” Penelitian R&D.  Untuk melihat keanehan Penelitian di Prodi Pendidikan Agama Kristen silahkan menelusuri Tesis dan Disertasi di kampus-kampus itu. Ironisnya banyak dari mereka mengatakan itu arahan dari pemerintah. Dirjen Bimas Kristen, Kementerian Agama RI mungkin perlu memberikan klarifikasi atas kesalahan ini. Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen rupanya belum paham Otonomi Pendidikan Tinggi, dan mungkin juga pada beberapa tempat sulit dijumpai kebebasan akademik. Hal lain yang mengerikan adalah kemajuan aplikasi yang membantu penulisan karya ilmiah, mulai dari alat bantu paraphrase, sampai pada Chat GPT yang bisa membuatkan karya ilmiah yang diminta, dan karya ilmiah itu tak terdekteksi Check Plagiarism. Jurnal terindeks Scopus dan Jurna terindeks Sinta yang menggunakan Bahasa Inggris dengan mudah ditembus karya-karya hasil Chat GPT. Apakah pemerintah Indonesia masih tetap berkeras mempertahankan publikasi jurnal terindeks scopus dan jurnal terindeks Sinta 1dan 2 yang menggunakan Bahasa Inggris?  Pemerintah perlu berpikir ulang, kebijakan syarat kecukupan publikasi jurnal terindeks sopus untuk kenaikan jabatan lektor kepala dan Professor . Pemerintah tidak boleh membiarkan perjokian merajalela.  Publikasi Ilmiah yang tidak dihadirkan melalui penelitian-penelitian  mendalam tidak layak dipublikasikan pada jurnal bereputasi. Apalagi yang disebut jurnal bereputasi hanyalah tata Kelola jurnal yang tidak terkait langsung dengan kualitas artikel jurnal. Dr. Binsar Antoni Hutabarat Dosen, Peneliti, Asesor Akreditasi Lamdik https://www.binsarhutabarat.com/2023/02/apa-kabar-joki-jurnal-scopus.html Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/Sjnc0j

Monday, February 20, 2023

Indonesia Adil dan Makmut

http://dlvr.it/SjhzBfKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/Sjj72G

Sunday, February 19, 2023

Danau Toba salah satu keajaiban dunia

http://dlvr.it/Sjd1gcKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/Sjf7KB

Saturday, February 18, 2023

Beda Dosen Home Base dan Dosen Tetap

https://www.binsarhutabarat.com/2023/02/beda-dosen-home-base-dan-dosen-tetap.html Salah satu persoalan yang menyebabkan beberapa Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen di Indonesia Tidak Memenuhi Standar Peringkat Akreditasi adalah tidak mampu membedakan dosen home base dan dosen tetap, khususnya untuk PTKK/STT yang memiliki program studi magister. Kualifikasi dosen tetap pada sebuah program studi menjadi salah satu komponen penting dalam penilaian peringkat akreditasi sebuah perguruan tinggi. Untuk mendapatkan Standar dosen di atas Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) dosen sebuah program studi sarjana perlu memiliki dosen bergelar doktor, tentu saja dengan jabatan fungsional minimal lektor. Apabila sebuah program studi Sarjana hanya memiliki dosen bergelar magister apalagi dengan jabatan Asisten ahli, maka prodi sarjana itu dapat dikatakan belum melampaui SNPT untuk prodi Sarjana.  Pada program studi sarjana yang Tindak Memenuhi Standar Peringkat atau dicabut akreditasinya salah satu penyebabnya adalah adanya dosen yang tidak memiliki jabatan fungsional. Dapat dikatakan kualifikasi dosen perguruan tinggi itu berada di bawah standar nasional pendidikan tinggi.  Saya masih menemukan sebuah perguruan tinggi hanya memiliki dosen tetap 6 orang, sesuai persyaratan pendaftaran ijin pembukaan program studi di Dirjen Bimas Kristen, Kementerian Agama RI meski memiliki Prodi Magister. Repotnya lagi, dosen tetap yang hanya sejumlah persyaratan minimal itu ketika mengajukan akreditasi program studi belum memiliki jabatan fungsional. Memang persyaratan lulus akreditasi juga ditentukan dengan pelaksanaan penjaminan mutu. Mengenai hal ini saya akan bahas pada tulisan lain. Beda Dosen Home Base dan Dosen Tetap Program Studi Dosen pada pendidikan tinggi di Indonesia berada pada institusi, bukan program studi. Artinya, institusi dapat menempatkan dosen pada home  base program studi tertentu, dan dosen yang ditempatkan menjadi home base pada prodi tertentu itu, tidak dapat ditempatkan pada menjadi home base pada program studi lain pada sebuah institusi.  Berbeda dengan pengaturan Dosen Tetap Program Studi (DTPS), Dosen tetap program Studi sarjana bisa berasal dari dosen home base sarjana yang mengajar mata kuliah wajib di prodi, dan juga bisa berasal dari dosen home base Pascasarjana, dan tentunya juga mengajar mata kuliah wajib. Artinya, dosen Tetap Pascasarjana bisa menjadi dosen tetap pada program sarjana, asalkan mengajar mata kuliah wajib pada program sarjana. Tentunya dengan keahlian yang sesuai dengan dosen itu. Apabila sebuah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen memliki prodi sarjana dan pasacasarjana mestinya prodi sarjana itu tidak memiliki kesulitan untuk mendapatkan peringkat akreditasi. Setidaknya tidak ada prodi sarjana yang Tidak Memenuhi Peringkat Akreditasi apabila mampu membedakan dosen home base dan dosen tetap.  Tentu saja ada standar-standar lain yang perlu dipenuhi untuk mendapatkan peringkat akreditasi. Namun, dengan adanya dosen dengan kualifikasi Doktor dengan jabatan minimal lektor tugas pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat telah melampaui standar dikti, diharapkan output dan outcome memiliki peningkatan mutu. Untuk mendapatkan peringkat akreditasi lebih baik tentu saja tata Kelola, Kerjasama antar pendidikan tinggi, atau 9 standar akreditasi perlu ditingkatkan. Kehadiran Asosiasi Program Studi Teologi dan Pendidikan Agama Kristen (ASPROTEPAK) menjadi sangat penting. Silahkan menghadiri acara-acara ASPROTEPAK untuk meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia.  Dr. Binsar Antoni Hutabarat Asesor Lembaga Akreditasi Mandiri (LAMDIK) dan BAN-PT NIRA LAMDIK 220691 NIRA BAN-PT: 2022-02288-2 https://www.binsarhutabarat.com/2023/02/beda-dosen-home-base-dan-dosen-tetap.html Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/Sjc5b2

Friday, February 17, 2023

Ham bersifat universal, melekat dalam diri manusia

http://dlvr.it/SjZKJRKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjZSXJ

Rindu Dongeng Ibu

  Aku memang tak sebahagia mereka yang kerap mendengarkan dongeng dari ibu mereka pada masa kanak-kanak, maklum yang maha kuasa memanggil Ibu yang menjadi tempat ku bermanja-manja pada usia 7 tahun. Tiga adikku mungkin tak pernah ingat wajah ibu, kecuali foto ibu yang tertinggal dan berparas amat cantik.  Ada banyak kesan dan cerita indah tentang Ibu tercinta, meski bukan dongeng. Salah satunya adalah soal cinta, kasih sayang dan pengorbanannya yang selalu saja membuatku terharu meneteskan air mata jika tiba-tiba muncul ingatan tentang ibu. Menurut budaya Jawa, jika seorang anak yang memiliki tanggal lahir sama dengan ibunya, maksudnya tanggal dan bulan yang sama, maka anak itu biasanya dititipkan pada keluarga dekat yang lain. Artinya anak itu tidak boleh tinggal serumah dengan ibu yang melahirkannya.  Menurut keyakinan Jawa jika anak itu tidak dipisahkan dari ibunya, maka akan ada salah seorang yang dikalahkan, atau yang meninggal lebih cepat dari antara keduanya, biasanya adalah ibu. Entah benar atau tidak aku tak tahu pasti. Kejadian itu  terjadi dengan Bude ku (kakak dari ibu), karena memiliki tanggal lahir dan bulan yang sama, Bude dititipkan pada salah seorang keluarga mbah (orang tua ibu). Saudara-saudara ku kerap menjelaskan, betapa pahitnya hidup Bude itu, tak bisa menikmati kasih sayang dari orang tua kandungnya.  Ada kesedihan, kesendirian, kepahitan dalam diri mereka yng harus hidup jauh dari orang tua kandung, meski kebutuhan materi, sandang pangan, pendidikan semua tercukupi.  Mbah dan Bude hidup sampai usia lanjut, tapi, aku tak paham apakah karena pemisahan mereka berdua maka Mbah dan Bude dapat hidup sampai usia lanjut. Apakah itu dongeng atau bukan, sekali lagi aku tak paham. Berbeda dengan aku, meski memiliki tanggal lahir yang sama dengan Ibu, aku tetap dapat menikmati hidup bersama dengan kedua orang tuaku, aku juga masih sempat menikmati bermanja-manja dengannya. Setiap kali Ibu bepergian, aku kerap merengek ingin ikut, pendeknya Ibu tak boleh jauh dari ku. Pada saat Ibu meninggal usiaku baru tujuh tahun, aku hanya ingat Ibuku yang sedang sakit mendapat kunjungan seorang bidan, dulu ditempat kami bidan bukan hanya merawat orang yang akan melahirkan, tapi juga merawat mereka yang sakit, layaknya perawat atau dokter. Sepulang  bidan itu memeriksa kesehatan Ibu, aku hanya ingat seperti ada kepanikan di rumah karena kesehatan Ibu yang makin menurun, aku tidak diijinkan dekat-dekat dengan Ibu. Herannya waktu itu aku tidak merengek seperti biasanya, memaksa untuk ingin dekat dengan ibu.  Aku juga masih ingat bidan yang biasa merawat ibu datang ke rumah dan memberikan suntikan untuk mengobati Ibu. Setelah itu aku tidak ingat lagi apa yang terjadi. Aku hanya ingat ada banyak orang bekerumun di rumah, bahkan acara pemakaman Ibu pun aku tidak ingat, mungkin keluarga yang lain sengaja menjauhkan aku dari Ibu.  Sebagai anak yang sangat dekat dengan Ibu, umumnya keluarga juga tahu sifat keras kepala ku yang kerap memaksa untuk dekat dengan Ibu. Jeritan keras yang melengking tinggi, yang kerap jadi senjata untuk memaksa keinginanku, tentu saja akan menggangu suasana duka saat itu. Itulah sebabnya mungkin aku dijauhkan dari jasad Ibu agar tidak menggangu acara pemakaman.  Aku hanya ingat Ibu dimakamkan di Tanah Kusir, beberapa kali aku dan keluarga berkunjung ke makam Ibu. Tapi, setelah Ayahku menikah lagi , beliau menikah tidak lama setelah Ibu meninggal, setelah itu aku jarang berkunjung ke makam Ibu. Ada yang hilang dengan kepergian ibu, tapi aku tak paham… Salah satu yang menjadi persoalan denganku disekolah adalah persoalan tanggal lahir. Guru sering bertanya mana tanggal lahir yang pasti. Orang tuaku pernah mengatakan ada perubahan tanggal lahir karena ayahku salah memberikan tanggal lahir pada catatan sipil.  Karena itu, yang aku punya sekarang adalah akte dengan perubahan tanggal lahir yang ditetapkan pengadilan. Berdasarkan perbaikan akta lahir itu kemudian aku memiliki tanggal yang lebih pasti, karena setidaknya ada dokumen yang jelas. Tanggal lahir itulah yang sekarang tertera di KTP ku.  Kakakku pernah bilang, tanggal lahir di akte kelahiran ku salah, kemudian dia memberitahukan tanggal lahir yang sesungguhnya. Aku diam saja, aku tak pernah paham mengapa tanggal kelahiranku bisa berubah-ubah, bahkan nama panggilanku  pun ada dua nama,  tapi aku tak pernah peduli tentang hal itu, apa sich arti sebuah nama? Apa sich arti tanggal lahir? Yang penting ada dokumen legal yang menjelaskan kapan aku dilahirkan. Bukankah banyak orang seusia kakek nenekku tak pernah tahu tanggal lahirnya, kecuali mencocokkannya dengan usia pohon besar yang ada disekitar rumah atau dikebun. Beberapa tahun lalu aku mengunjungi pusara Ibu, kebetulan aku ikut mengurus perpanjangan makam Ibu. Pada pusara itu aku baca tanggal lahir Ibuku sama dengan tanggal lahir ku seperti yang kerap diberitahu kakakku.  Ach, Ibu, kau benar pahlawanku…kau rela mati untukku…Biarlah hidupku kupersembahkan bagi hormatmu. Berbahagialah Ibu disisi Tuhan yang amat baik. Aku tahu Tuhan yang memanggilmu Ibu! Ibu kerap membawa kami kesekolah minggu. Selamat berbahagia di surga kekal ibu. Kasih dan pengorbananmu tak pernah kulupakan. https://www.binsarhutabarat.com/2023/02/rindu-dongeng-ibu.html Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjXlHt

Menunggu Kapal Very untuk ke pulau Samosir dari Ajibata, Parapat.

http://dlvr.it/SjWvT6Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjX1ZZ

Thursday, February 16, 2023

Siap kembali ke Parapat dari Samosir

http://dlvr.it/SjVBc2Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjVGSm

Wednesday, February 15, 2023

Soal Perjokian Guru Besar

 Penelusuran Kompas terkait perjokian di pendidikan tinggi untuk mendapatkan Guru Besar tentu sangat memprihatinkan. Pertanyaannya kemudian, apa yang harus dilakukan untuk memutus rantai perjokian Guru Besar yang memang sangat merugikan masyarakat, bangsa dan negara. Jabatan guru besar sesungguhnya penghargaan pemerintah terhadap kontribusi kecendikiawanan seorang Guru Besar. Karya-karya Guru Besar sejatinya memiliki dampak bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang menjadi tugas pemerintah, itu sebabnya pemerintah berterima kasih terhadap sang Guru Besar itu dan memberikan jabatan dan honor atas jabatan Guru Besar yang telah membantu tugas pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena Guru Besar memiliki kontribusi penting bagi kesejahteraan rakyat Indonesia, pembangunan masyarakat Idonesia yang adil dan sejahtera, maka pelaksana kebijakan yang menjalankan mekanisme yang ditetapkan untuk menjadi Guru Besar mestinya tidak merepotkan calon Guru Besar, apalagi ada kabar bahwa untuk menjadi Guru Besar Dosen mesti mengeluarkan biaya mahal. Belum lagi untuk pengukuhan Guru Besar yang biasanya diadakan di Perguruan Tinggi, calon Guru Besar harus mengeluarkan biaya tidak sedikit. Persoalan yang ada daalam proses menjadi Guru Besar bukan hanya masalah perjokian, tapi juga masalah birokrasi yang korup. Terkait dengan perjokian, menurut saya masalahnya adalah minimnya kelompok riset pada perguruan tinggi. Banyak karya-karya ilmiah sekadar hadir pada Jurnal bereputasi bukan karya yang dihasilkan dari penelitian yang mendalam. Publikasi karya ilmiah di jurnal jurnal internasional dan juga jurnal-jurnal nasional jika kita mengamati minim dengan temuan-temuan baru, karenamemang karya-karya itu hasil pengembangan tulisan-tulisan terdahulum, bukan pengembangan hasil riset terdahulu. Padahal Jurnal ilmiah mestinya adalah hasil penelitian, meski Jurnal ilmiah berbeda dengan laporan penelitian seperti Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Perguruan tinggi di Indonesia perlu menetapkan Road Map Penelitian, mengintegrasikan Penelitian dengan Pengabdian Masyarakat dan Pendidikan, pengajaran. Tapi, bagaimana itu bisa terjadi bila kelompok-kelompok riset yang merupakan pengembangan keilmuan itu tidak ada atau tidak aktif melaksanakan Penelitian?  Herannya meski tanpa kelompok-kelompok riset artikel yang terbit di Jurnai internasional terus saja bertambah dan tentu saja kita tidak heran jika meningkatnya artikel di Jurnal Internasional dan Jurnal  nasional terindeks Sinta itu tanpa kontribus berarti bagi pengembangan keilmuan, apalagi bagi kesejahteran masyarakat Indonesia.https://www.binsarhutabarat.com/2023/02/soal-perjokian-guru-besar.html Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjR4yt

Mempersiapkan Menulis Disertasi


The Dissertation Journey: A Practical and Comprehensive Guide to Planning, Writing, and Defending Your Dissertation (Updated) Third Edition (Revised Edition) 





 Disertasi adalah puncak pencapaian seorang mahasiswa doktoral untuk memberikan kontribusinya bagi kemajuan masyarakat. Secara bersamaan juga menjadi awal kontribusi kecendikiawanannya yang perlu terus ditingkatkan. Menulis disertasi menjadi sebuah ukuran apakah seorang lulusan doktoral itu dapat menguasai pengetahuan kualifikasi doktoral yang kemudian tampil menjadi kompetensi lulusan doktoral itu.

Untuk membuat sebuah disertasi, seorang mahasiswa perlu mengetahui bidang yang dikuasainya, dan kemudian menentukan topik penelitiannya. Setelah itu  perlu dilakukan pembatasan topik, untuk selanjutnya menetukan tujuan penelitian, yang kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah, serta melihat apakah ada kebaruan dalam karya penelitian itu.

pada penyusunan disertasi utamanya dosen akan memerhatikan bagaimana penguasaan prosedur penelitian disertasi tersebut, karena melalui prosedur penelitian yang benar, diharapkan terdapat hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Karena itu, untuk membuat sebuah disertasi mahasiswa doktoral perlu memguasa prosedur penelitian dan penulisan. Pengadaan buku-buku berupa manual penelitian dan penulisan sangat penting untuk keberhasilan penyelesaian sebuah disertasi.


https://www.kti.binsarhutabarat.com/2021/04/mempersiapkan-menulis-disertasi.html


Tuesday, February 14, 2023

Pemandangan Danau Toba dari bukit senyum, Parapat.

http://dlvr.it/SjPYkTKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjPgQx

agama-agama perlu saling belajar untuk saling memperkaya

http://dlvr.it/SjM85YKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjMFCt

Monday, February 13, 2023

Danau Toba dilihat dari tempat wisata Kaldera, Indah luar biasa.

http://dlvr.it/SjKf6bKarya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjKxN0

Kultur Perdamaian.



 Kultur Perdamaian Kita mungkin harus belajar dari mereka yang mendasari pemikiran gerakan perdamaian yang lebih berkonsentrasi pada apa yang disebut kultur damai, yakni gagasan bahwa, betapapun ambisius dan hebatnya proyek perdamaian internasional, proyek ini tidak dapat diimplementasikan, kecuali, manusia sebagai individu dan hewan sosial, menjadi lebih berorientasi pada perdamaian, entah itu dalam negara atau ditingkat internasional.  Hadirnya perdamaian bukan merupakan konsekwensi dari pembentukan beberapa macam otoritas intergovermental yang bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan. Perdamaian hadir   sebagai hasil dari hubungan nilai individual dan hubungan sosial individual. Pendukung aliran ini mencakup Pacifism absolud, yakni komitmen individu nonkekerasan, yang diekspresikan oleh Mahatma Gandhi misalnya. Kultur perdamaian juga diyakini oleh umat beragama. Kristen dan Islam mengakui bahwa dunia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih. Tuhan Yang Esa tersebut juga berdaulat atas dunia ini, dan telah memerintahkan kepada kedua agama itu untuk hidup “mengasihi Allah dan sesamanya,”yang dikenal dengan sebutan kata bersama (common word). Maka manusai wajib hidup damai dengan sesamanya. Dalam pesan tersebut juga dinyatakan bahwa sesungguhnya Umat Islam dan Kristen sama-sama mengakui adanya Allah yang esa dan kedua agama sama-sama diperintahkan untuk mengasihi Allah dan sesamanya, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. Dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”Mengembangkan kultur perdamaian dalam gerakan perdamaian merupakan sesuatu yang telah dikerjakan agama-agama sejak lampau. Pemikiran ini juga diimplementasikan dalam perjuangan gerakan perdamaian agama-agama lain. Panggilan untuk hidup rukun dan damai adalah panggilan semua agama.  Agama-agama memiliki tanggung jawab mulia, yakni menciptakan kedamaian di bumi, sebagaimana dikatakan oleh Hans Kung, “tidak mungkin ada kedamaian tanpa kedamaian di antara agama-agama. Sebagai seorang yang beragama, tidaklah patut berbicara tentang kedamaian tanpa berusaha untuk hidup damai dengan agama-agama lain. Berarti juga hidup berdamai dengan semua orang. Semua negara di bumi ini harus mengakui bahwa semua manusia beragama di dunia ini, termasuk mereka yang sedang berseteru di Suriah, persaudaraan sejati dan perdamaian bersemayam dalam hati manusia beragama, hanya saja mata air persaudaraan dan perdamaian itu sedang tersumbat di Suriah. Kewajiban semua negara di dunia ini adalah mengupayakan bagaimana mata air persaudaraan dan perdamaian di Suriah bisa kembali mengalir, tentunya harus dengan cara-cara damai serta menjauhi kekerasan. Binsar A. Hutabarathttps://www.binsarhutabarat.com/2023/02/kultur-perdamaian.html Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia
http://dlvr.it/SjKcrT

Thursday, February 2, 2023

BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Soal Kualitas Penelitian PAK

BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Soal Kualitas Penelitian PAK:   Danau Toba, dok,pribadi. Sebagai seorang tamatan doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, yang juga menyandang dua gelar magister bidang...

Binsar Antoni Hutabarat: Kebohongan Sekte Setan!

Binsar Antoni Hutabarat: Kebohongan Sekte Setan! :   Kebohongan Satanic atau Sekte Setan! Informasi terkair beredarnya kitab satanic yan...