Friday, November 26, 2021
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Wajah Ganda Agama
Wednesday, November 24, 2021
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Discover The Fast Book Creation Secret
Monday, November 22, 2021
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Interserver Domain and Hosting
Monday, October 25, 2021
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Menulis Artikel Argumentasi
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Publikasi Jurnal Bereputasi
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Struktur Argumen Karya Ilmiah
Wednesday, October 20, 2021
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Menulis Bebas Plagiarisme
Sunday, October 17, 2021
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Menulis Artikel Imiah
Saturday, October 16, 2021
BINSAR HUTABARAT INSTITUTE: Home
Tuesday, April 27, 2021
ALUR PENELITIAN KARYA ILMIAH
ALUR PENELITIAN
PERMASALAHAN----------------------------------- TEORI PENDUKUNG
RUMUSAN MASALAH
PENGUMPULAN DATA
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
Alur penelitian di atas adalah alur penelitian yang merupakan penelitian empiris.
Berdasarkan alur penelitian tersebut di atas, jelaslah bahwa setelah penulis berhasil membuat rumusan masalah/ Pertanyaan penelitian maka langkah selanjutnya adalah menetapkan metodologi penelitian yang tepat sesuai dengan substansi yang akan diteliti.
Pada bagian awal metodologi penelitian perlu di tetapkan tujuan penelitian, sehingga dengan demikian substansi penelitian yang akan diteliti jelas, atau produk yang akan dihasilkan melalui penelitian itu jelas.
Pada metodologi penelitian ini penulis perlu menetapkan tempat dan waktu penelitian, pendekatan, metode dan desain penelitian, subyek penelitian, instrumen penelitian, teknik dan prosedure pengumpulan data, serta teknik analisi data.
Yang perlu diperhatikan pada bab Metodologi Penelitian adalah pembuatan instrumen penelitian. Apabila peneliti gagal membuat instrumen yang baik, maka data yang dikumpulkan tidak sesuai dengan tujuan penulisan, dan demikian produk penelitian yang akan dihasilkan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Kegagalan pada bagian ini, membuat peneliti harus mengulangi penelitiannya dari awal.
Penelitian Kajian Teori
Untuk Penelitian yang rumusan masalahnya bersifat metafisik, bukan merupakan pertanyaan penelitian, maka tidak perlu menggunakan metodologi penelitian kualitatif atau kuantitatif, tapi cukup menggunakan logika berpikir atau penalaran deduktif dan induktif untuk menjawab pertanyaan penelitian yang merupakan turunan dari rumusan masalah.
Penelitian ini biasanya disebut penelitian kajian teori. Karena penelitian tersebut hanya mendeskripsikan variabel yang diteliti melalui pengumpulan data primer, jadi yang dikerjakan adalah review dari teori-teori yang ada.
Untuk kualifikasi sarjana biasanya adalah analisis, sedang untuk Magister berupa Evaluasi, bisa perbandingan teori atau kritik teori. Sedang untuk program doktoral biasanya berupa pengembangan teori.
Tidak semua penelitian dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan, bisa juga berupa sebuah pengembangan teori dalam bentuk review-review teori terdahulu untuk pengembangan teori.
Pada umumnya sebuah penelitian empiris berangkat dari adanya masalah atau ingin mencari sebuah teori baru yang dapat menjawab persoalan masyarakat. Penelitian kualitatif membangun teori atau hipotesis dari data, atau penelitian kuantitatif berupa konfirmasi teori.
Menurut pengamatan penulis, saat ini pada program studi tertentu, demikian juga pada jurnal-jurnal akademik, lebih disarankan untuk membuat penelitian kuantitatif, karena lebih mudah dan dianggap lebih obyektif.
Sedang penelitian kualitatif yang bersifat subyektif, serta pelaksanaannya sangat sulit, serta membutuhkan kemampuan khusus, biasanya hasilnya kurang dapat diterima, karena memang penelitian kualitatif tidak dapat digeneralisir.
Kita tentu paham bahwa sebuah teori dapat diterima sebagai kebenaran jika berdasarkan sumber data yang cukup dan dapat merujuk kepada populasi, sehingga dapat digeneralir.
Penalaran induktif merujuk pada pendekatan pengetahuan “bottom-up”, Jadi peneliti mestinya seorang pakar peneliti, dan menguasai banyak teori pada bidangnya. Melalui itu peneliti dapat menetapkan fokus penelitiannya, peneliti menggunakan pengamatan tertentu untuk kemudian membangun suatu abstraksi atau menggambarkan sebuah fenomena yang diteliti.
Sifat subyektif penelitian kualitatif terlihat pada proses pengumpulan data.
Penalaran induktif mengarah pada metode-metode induktif pengumpulan data:
1. Peneliti secara sistematis mengamati fenomena yang diteliti
2. Mencari pola-pola atau tema-tema dalam pengamatan
3. Mengembangkan suatu generalisasi dari analisis tema-tema tersebut
Peneliti memproses dari pengamatan spesifik ke pernyataan umum - suatu jenis pendekatan penemuan pengetahuan. Itulah sebabnya penelitian kualitatif saat ini banyak dikembangkan untuk pengembangan teori.
Dr. Binsar Hutabarat
https://kti.binsarhutabarat.com/2020/08/alur-penelitian-karya-ilmiah.html
Wednesday, April 21, 2021
The Oxford Handbook of Qualitative Research
The Craft of Researh
Monday, April 19, 2021
Nilai-Nilai Pancasila Di Tengah Arus Globalisasi
Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Tengah Arus Globalisasi
Rani Fitriani1*, Dinie Anggraeni Dewi2
Universitas Pendidikan Indonesia1,2
E-mail : ranifitriani@upi.edu1, dinieanggraenidewi@upi.edu2
Abstrak
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang di jadikan pedomanan hidup dalam berbangsa dan bernegara, pesatnya arus globalisasi menunjukan pengikisan karakter masyarakat di Desa Majasetra Kecamatan Majalaya. Hal ini dapat ditunjukan dengan maraknya kekerasan di lingkungan tersebut, selain itu kasus pembunuhan sopir delman yang tragis menunjukan bagaimana karakter di Desa Majasetra belum sepenuhnya mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Metode yang digunakan dalam penelitian berupa studi kasus dimana peneliti melakukan pengamatan di Desa Majasetra peneliti menyelidiki secara cermat suatu peristiwa, aktivitas, dan proses sekelompok individu yang dibatasi oleh waktu dan peristiwa. Dari penelitian yang sudah dilakukan Penjabaran Nilai-nilai yang ada pada setiap sila Pancasila dapat dijadikan pondasi dalam membangun karakter masyarakat di Desa Majasetra agar dapat menunjukan karakter warga negara yang baik. Nilai-nilai Pancasila itu antara lain nilai religius, nilai kejujuran, nilai toleran, nilai disiplin, nilai mandiri, nilai demokratis, rasa ingin tahu, nilai semangat kebangsaan, nilai cinta damai, nilai peduli terhadap lingkungan, dan nilai peduli sosial. Penjabaran dari nilai-nilai pancasila tersebut dapat ditumbuhkan dan ditanamkan pada masyarakat Majasetra untuk membangun karakter masyarakat Majasetra yang sesuai dengan karakter warga negara Indonesia sehingga dapat meminimalisir penyimpangan-penyimpangan akibat yang diakibatkan dengan adanya perubahan yang di bawa arus globalisasi saat ini.
Kata Kunci: Pancasila, Karakter bangsa, Globalisasi
Abstract
Pancasila is the ideology of Indonesian people which is used as a guide to live in the nation and state. The rapid flow of globalization shows the degradation of the character of the people in Majasetra Village, Majalaya District. This can be shown by the violence in that happens a lot in the neighborhood, besides the tragic case of the murder of a delman driver, it shows how the character in Majasetra Village does not fully reflect the character of Indonesian people which is in accordance with the values of Pancasila. The method used in the research is a case study where the researcher did observations in the Majasetra Village, the researcher carefully investigated the events, activities, and the process of a group of people in a limited time and condition. From the research that has been done, the description of the values that exist in each Pancasila principle can be used as a foundation in building the character of the people in Majasetra Village in order to show the character of good citizens. The values of Pancasila include religious values, honesty values, tolerant values, disciplinary values, independent values, democratic values, curiosity, national spirit values, peace-loving values, caring for the environment, and social care values. The description of these Pancasila values can be cultivated and instilled in the Majasetra community to form the character of the Majasetra people in accordance with the character of Indonesian principle to minimize immorality caused by changes as the effect of globalization.
Keywords: Pancasila, National Character, Globalization
Copyright (c) 2021 Rani Fitriani, Dinie Anggraeni Dewi
* Corresponding author
Email : ranifitriani@upi.edu ISSN 2656-8063 (Media Cetak) DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i2.367 ISSN 2656-8071 (Media Online)
PENDAHULUAN
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila dijadikan landasan dalam berkehidupan. Untuk menjadi warga negara yang baik Good Citizen maka nilai-nilai Pancasila perlu mendasari dalam setiap pribadi, hal ini membuktikan peran penting Pancasila sebagai landasan atau pandangan hidup tentang bagaimana seharusnya menjadi warga negara yang baik Good citizen. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan mengajarkan cara berpikir dan bertindak sesuai dengan ideologi negara seharusnya.
Dewasa ini, arus globalisasi yang semakin pesat membawa tantangan tersendiri terhadap eksistensi Pancasila, berbagai aspek kehidupan merasakan dampaknya, dampak negatif yang dibawa tidak dapat dihindari salah satunya adalah adanya pengaruh dari budaya luar yang mempengaruhi nilai-nilai karakter yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila seperti munculnya gaya hidup konsumtif, sifat hedonisme, sikap individualisme, gejala westernisasi, semakin memudarnya semangat gotong royong dan hilangnya nilai keagamaan dalam kehidupan. Hal ini menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan, jika dibiarkan begitu saja, nilai-nilai Pancasila seakan tidak tertanam pada masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat yang tidak tahu betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila tersebut karena pengaruh globalisasi.
Berbagai tantangan yang muncul akibat adanya pengaruh globalisasi terhadap keberadaan Pancasila merupakan tantangan dan ancaman yang besar dan tidak bisa dihiraukan begitu saja. Pengaruh negatif yang dibawa globalisasi dengan mudahnya mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Seiring berjalannya waktu hal ini tentu akan mempengaruhi karakter masyarakat yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia dan ini lah yang terjadi dewasa ini “Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation), dan keterampilan (skill)”(Gunawan, 2012). di mana karakter ini harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari melalui sebuah proses yang tidak instan.
Adanya pengaruh globalisasi yang membawa perubahan terhadap karakter masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila tersebut dikhawatirkan akan melupakan jati diri bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar untuk menjadi warga negara yang baik Good Citizen yang merupakan pengaplikasian bangsa Indonesia itu sendiri.
Dewasa ini, nilai-nilai agama dan budaya tidak dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal ini akhirnya melahirkan penyimpangan-penyimpangan moral berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, pelanggaran hak asasi manusia dan kurangnya pemahaman, penghayatan dan kepercayaan akan keutuhan pada sila Pancasila. Hal ini dapat di lihat di desa Majasetra, dimana masih banyaknya penyimpangan sosial yang terjadi, seperti tawuran, kenakalan remaja, bahkan pembunuhan yang dilakukan kepada seorang supir delma dilansir dalam Kompas.com.
Berdasarkan pernyataan diatas, eksistensi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara keberadaannya penting. Nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila merupakan wujud dari karakter bangsa Indonesia sebagai cerminan warga negara yang baik Good Citizen. Dalam hal ini, Pancasila berupaya membangun karakter bangsa Indonesia dalam menghadapi dampak dari arus globalisasi, maka diperlukan implementasi nilai-nilai Pancasila untuk dapat membangun dan menjadi benteng pelindung dalam menumbuhkan kembali karakter bangsa yang luntur akibat adanya pengaruh globalisasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan guna menumbukan karakter generasi muda sebagai penerus bangsa yang seharusnya dapat terwujud agar terciptanya karakter-karekter yang dapat membangun dan mewujudkan nilai-nilai yang mencerminkan kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang membentuk karakter ini tentunya dapat menjadi benteng pelindung dari pesatnya arus globalisasi yang terjadi saat ini.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian yang menghasilkan suatu data deskriptif berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang dapat diamati secara langsung. Pendekatan ini dilakukan guna menghimpun informasi terkait dengan karakter masyarakat di Desa Majasetra Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Berdasarkan tema yang di bahas penelitian ini digolongkan ke dalam jenis penelitian studi kasus yang dilakukan di Desa Majasetra Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Peneliti menggunakan penelitian ini karena keadaan lokasi yang mudah di jangkau juga dapat memperoleh data-data yang sesuai dan dapat menjawab persoalan yang terjadi sesuai dengan pokok permasalahan. Adapun yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini mengenai pembangunan karakter di Desa Majasetra.
Sesuai dengan jenis penelitian yang bersifat kualitatif kehadiran peneliti di lapangan sangat dan diperlukan secara optimal, oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan data yang di butuhkankan. Adapun sumber data yang diperoleh dari pengamatan yaitu perilaku masyarakat di Desa Majasetra yang diamati atau di wawancarai. Dalam memperoleh data peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara langsung untuk melihat dari dekat bagaimana karakter dibangun pada masyarakat Majasetra, selain itu peneliti melalukan wawancara dengan melibatkan masyarakat Majasetra. Waktu yang diperlukan dalam melakukan penelitian berangsur selama satu pekan.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyerahkan permohonan penelitian kepada masyarakat Majasetra hal ini dimaksud agar dalam penelitian dapat berlangsung dengan baik dan dapat pula mendapat tanggapan yang baik dari dimulainya penelitian sampai akhir penelitian selesai hal ini juga dilakukan agar tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa keadaan nilai-nilai Pancasila di perkampungan Majasetra kecamatan Majalaya belum terimplementasikan sepenuhnya, hal ini dikarenakan masih maraknya penyimpangan-penyimpangan moral di tengah masyarakat seperti kekerasan terhadap orang lain, tawuran, pergaulan bebas seperti minum-minuman keras, bahkan pembunuhan marak terjadi di Kawasan tersebut. Hingga pada akhir Desember 2020 terjadi kasus pembunuhan seorang sopir delman oleh temannya dengan motif sakit hati. Pelaku sendiri, ketika melakukan tindakan tersebut di bawah pengaruh minuman keras. Hal ini menunjukan bagaimana nilai-nilai Pancasila belum tercermin sepenuhnya.
Pemahaman nilai-nilai Pancasila seolah tiada. Selain itu, setelah melakukan beberapa survei pada masyarakat di lingkungan Majahtera khususnya generasi muda mengenai butir-butir sila yang terdapat pada Pancasila hasil yang didapat beragam, kebanyakan masyarakat di lingkungan tersebut bahkan tidak mengetahui betul butir pancasila, sungguh sangat disayangkan. Padahal, Pancasila merupakan salah satu ciri yang menunjukan pribadi bangsa Indonesia, melihat keadaan ini tentunya menjadi sebuah tantangan apalagi, penyimpangan moral ini tidak luput dipengaruhi arus globalisasi yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari maraknya generasi muda kalangan usia Sekolah Dasar (SD) yang terlihat memainkan gadget ketimbang bermain aktif di lingkungannya. Usia-usia kanak-kanak di daerah tersebut secara tidak langsung mudah mengakses informasi apa saja, dan yang disayangkan pengawasan orang tua belum berperan secara optimal.
Mengimplementasikan nilai-nilai pada Pancasila belum tercermin melihat masyarakatnya sendiri belum mengenal, bahkan mengetahui benar butir yang terdapat pada Pancasila. Untuk itu, masyarakat Majasetra perlu diberikan pembudayaan mengenai Pancasila. Dengan pembudayaan Pancasila tersebut akan membantu masyarakat untuk dapat membangun karakter generasi muda di desa Majasetra yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia sebagai good citizen.
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yaitu Panca dan Sila. Panca berarti lima dan Sila berarti, batu, sendi, alas atau dasar, jadi Pancasila berarti berbatu sendi lima atau memiliki lima dasar. Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan bagi penyelenggara negara dan pelaksanaan sistem pemerintahan yang memiliki kedudukan tinggi, sumber bagi segala sumber hukum yang ada di Indonesia. Nilai-nilai pada Pancasila dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, segala aturan yang ada harus berdasarkan Pancasila.
Pancasila menurut (Lasiyo et al., 2019) merupakan dasar negara yang sudah seharusnya dipelajari, didalami, dikembangkan serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam setiap aspek bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang kemudian pendalaman dan penghayatan Pancasila itu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu dengan memperhatikan potensi yang ada pada diri individu. Menurut (Kaelan, 2012) jati diri bangsa Indonesia berasal dari nilai-nilai Pancasila yang merupakan hasil pemikiran dan gagasan bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, corak, dan ciri masyarakat Indonesia sendiri. Corak dan watak yang dimaksud antara lain sikap bangsa yang religius, menghormati bangsa dan manusia lain, adanya sikap cinta persatuan, gotong royong, musyawarah dan keadilan sosial. Oleh karena itu, bangsa Indonesia hendaknya bisa menyelaraskan nilai-nilai Pancasila sebagai jati diri bangsa.
Hardono Hadi dalam (Winarno, 2020) menyatakan Pancasila sebagai jati diri bangsa mencangkup empat aspek, yaitu Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia, dan Pancasila sebagai keunikan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai kepribadian ini lah yang perlu ditanamkan pada diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila perlu dilibatkan dalam karakter setiap masyarakat Indonesia, sehingga eksistensi Pancasila sebagai identitas negara dapat tercerminkan.
Adapun karakter menurut (Kosim, 2011)berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein yang memiliki arti mengukir. Dalam hal ini karakter pada seseorang haruslah dapat diukir, dibentuk dan dikembangkan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat, kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter dapat diartikan sebagai tabiat, watak, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang diyakini dan digunakan sebagai cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang dibuatnya (Suyatno, 2009:1).
Dewasa ini karakter bangsa Indonesia seolah meluntur banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan moral yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila seperti meningkatnya kekerasan, hilangnya nilai kejujuran, perpecahan di mana-mana, kurang pedulinya terhadap orang lain dan lain lain (YALIDA, 2019). Jika dibiarkan begitu saja bangsa Indonesia bisa kehilangan jati dirinya hal ini sejalan dengan yang dikatakan Thomas Lickona (1992) dalam (Eva Imania Eliasa, 2008) bahwa terdapat sepuluh tanda perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa yaitu: (1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) Ketidakjujuran yang membudaya, (3) Semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin, (4) Pengaruh teman sebaya terhadap tindakan kekerasan, (5) Meningkatnya kecurigaan dan kebencian, (6) Penggunaan bahasa yang buruk, (7) Penurunan etos kerja, (8) Menurunnya rasa tanggung
jawab individu dan warga negara, (9) Meningkatnya perilaku merusak diri, (10) Semakin kaburnya pedoman moral. Salah satu penyebab menurunnya karakter bangsa antara lain karena adanya pengaruh globalisasi.
Menurut (Nurhaidah, 2015)globalisasi dapat diartikan sebagai proses masuknya keruang lingkup dunia. Globalisasi memberikan dampak baik itu positif maupun negatif. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru sehingga nilai-nilai karakter bangsa juga ikut terpengaruhi hal ini banyak menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam berbagai aspek.Menurut (Rachmah, 2013) Karakter dan budaya suatu bangsa harus dipertahankan sehingga dapat dibedakan antara bangsa yang satu dengan yang lainnya. Untuk mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia perlu melakukan pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan dari nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila dapat dijadikan upaya perwujudan nilai-nilai karakter bangsa. Pesatnya arus globalisasi membawa pengaruh kuat terhadap eksistensi Pancasila, oleh karena itu penerapan nilai-nilai Pancasila patut dijadikan landasan dan pedoman dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. upaya pembangunan karakter dengan nilai-nilai Pancasila inilah yang dapat mambangun karakter bangsa sesuai dengan budaya yang ada. Pemahaman yang dalam perlu dilakukan dalam upaya membantu membentuk karakter bangsa.
Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh di mana mengacu dalam tujuan yang satu. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal, objektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara-negara lain. “Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia, maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia”(Asmaroini, 2016).
Dalam implementasi nilai-nilai Pancasila pada masyarakat desa Majasetra terhadap pembangunan karakter tidak selalu berjalan dengan baik. Banyak hambatan-hambatan yang terjadi akibat arus globalisasi yang begitu cepat membawa masyarakat cenderung berorientasi pada nilai- nilai dan budaya luar (Nurhaidah, 2015). Ancaman Krisis karakter akibat arus globalisasi antara lain, munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang -barang dari luar negeri, munculnya sifat hedonisme yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai hidup tertinggi hal ini yang membuat manusia memaksakan diri untuk mencapai kenikmatan dan kepuasan pribadinya tersebut meskipun harus melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat seperti mabuk-mabukan, foya-foya, dan pergaulan bebas, Adanya sikap individualisme yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini dapat menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain.
Selain itu, munculnya gejala westernisasi atau gaya hidup yang selalu berorientasi kepada budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu juga dapat mempengaruhi contohnya Seperti meniru model pakaian orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang berlaku, misalnya perempuan memakai rok mini dan laki-laki memakai anting. Dampak negative globalisasi juga membuat semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial, semakin lunturnya nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat yang mana pengetahuan akan ilmu agama ini sangat penting dan bermanfaat di kalangan remaja, di mana pengetahuan agama akan mengontrol diri para remaja dan menghindari perbuatan yang buruk.
Maraknya penyimpangan yang terjadi pada masyarakat Majasetra menimbulkan pengikisan pada karakter masyarakatnya. Oleh sebab itu, pembudayaan nilai-nilai Pancasila perlu didalami. Pembudayaan sendiri dalam (Ad, 2016) yaitu memelihara dan menjaga nilai-nilai tetap yang dipertahankan dan dilaksanakan
semestinya. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila perlu dibudayakan untuk dapat diimplementasikan di dalam kehidupan masyarakat. Dalam (Septian, 2020) nilai-nilai Pancasila sendiri mengandung arti sebagai berikut:
Tabel 1
Nilai-Nilai Sila Pancasila
Ketuhanan Yang Maha Esa | Sila Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna bahwa bangsa Indonesia adalah negara yang percaya terhadap adanya Tuhan dengan itu negara Indonesia berlandaskan agama. Untuk itu, sudah semestinya kita menanamkan nilai- nilai kebenaran, kebaikan, kejujuran, dan kemuliaan dalam diri sehingga moral bangsa mencerminkan sikap percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME. |
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab | Pada sila kedua nilai yang terkandung yaitu nilai kemanusian. kemanusian yang dimaksud adalah manusia yang menjunjung tinggi keadilan dan martabat yang diwujudkan dalam sikap toleransi |
Persatuan Indonesia | Nilai pada sila ketiga ini dapat diwujudkan dengan sikap saling menghargai keberagaman yang ada di Indonesia dengan cara cinta tanah air, rela berkorban, dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa |
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan | Sila keempat mengandung makna sebagai warga negara kita mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama untuk itu musyawarah dalam mencapai mufakat dan nilai semangat dalam kekeluargaan perlu ditanamkan dalam mengambil keputusan. |
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia | Nilai pada sila kelima ini mengandung makna bahwa setiap warga negara haruslah diperlakukan sama tanpa memandang perbedaan baik agama, ras, suku dan budaya, miskin atau kaya. Semua warga negara memiliki kedudukan yang sama dan haruslah diperlakukan seadil mungkin. Nilai- nilai yang terkandung dapat diwujudkan melalui sikap keadilan dalam kehidupan, melindungi seluruh bangsa, bersikap adil, memberi pertolongan, dan mewujudkan kesejahteraan bangsa. |
Untuk itu, pancasila sebagai dasar negara berperan dalam menciptakan manusia yang berkarakter. di tengah arus globalisasi yang pesat banyak karakter-karakter pada masyarakat Majasetra yang terpengaruh akibatnya. Munculnya berbagai penyimpangan-penyimpangan yang menghilangkan karakter masyarakat Majasetra dinilai menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Menurut (Anggraini et al., 2020) Nilai Pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai yang mendasar di mana nilai- nilai ini dijadikan aturan dan dasar pada norma-norma yang berlaku di Indonesia. Dewasa ini, perlu penegasan akan nilai-nilai Pancasila dalam membangun karakter bangsa.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan mengajarkan cara berpikir dan bertindak sesuai dengan ideologi negara (Damanhuri et al., 2016). Banyaknya pengaruh negatif terhadap bangsa Indonesia salah satunya adalah lunturnya nilai-nilai luhur yang melekat dalam suatu negara, dengan banyaknya pengaruh dari budaya luar akibat pesatnya arus globalisasi masyarakat Majasetra tidak bisa memilah dan memilih sehingga nilai-nilai tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagai bentuk warga negara yang baik Good Citizen yang merupakan aplikasi karakter dari bangsa Indonesia.
Menurut Kaelan dalam (Winarno, 2020) pancasila dikatakan sebagai filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai. Nilai-nilai tersebut tercantum dalam pembukaan Undang-undang 1945 alinea ke IV yaitu, (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Kemanusian yang adil dan beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan; dan (5)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila ini terdapat nilai-nilai yang dapat membantu membangun karakter bangsa, Yalida (2019) menyatakan ada 11 (sebelas) penjabaran nilai Pancasila yang dapat membangun karakter bangsa yaitu, nilai religius, nilai kejujuran, nilai toleran, nilai disiplin, nilai mandiri, nilai demokratis, rasa ingin tahu, nilai semangat kebangsaan, nilai cinta damai, nilai peduli terhadap lingkungan, nilai peduli sosial.
Tabel 2
Nilai-Nilai Penjabaran Pancasila Sebagai Pembangun Karakter Bangsa
Nilai Religius | Nilai religius mengarahkan aspek spiritual yang dipahami sebagai cara pandang tentang hakikat diri termasuk menghayati dan menghargai agama yang dianut. sikap spiritual ini mencakup suka berdoa, senang menjalankan ibadah, selalu bersyukur dan toleransi terhadap agama lain. Dengan menanamkan nilai religius pada masyarakat Majasetra yang sebagian besar beragama islam, tentunya paham mengenai nilai dan sikap yang baik sudah sepatutnya dipahami dan dijalankan sesuai dengan ajaran yang diajarkan. masyarakat harus pintar memilah dan memilih hal apa saja yang dibawa arus globalisasi yang sesuai dengan nilai religius bangsa Indonesia. |
Nilai Kejujuran | Nilai kejujuran patut ditanamkan dalam karakter bangsa, masyarakat Majasetra yang berkarakter jujur tentu dapat mempertanggungjawabkan setiap hal yang menjadi keputusannya. |
Nilai Toleran | Proses pembiasaan nilai toleransi merupakan keharusan yang penting dikembangkan dalam membangun karakter bangsa. Bangsa Indonesia yang memiliki keberagaman agama, suku, ras dan budaya menjadi tantangan tersendiri dalam menghadapi perubahan. Untuk itu, nilai toleransi perlu ditanamkan dalam karakter bangsa masyarakat Majasetra agar terciptanya perdamaian dan persatuan. |
Nilai Disiplin | Nilai disiplin merupakan nilai yang dikembangkan melalui tindakan dengan patuh terhadap hukum dan norma yang ada. Pesatnya arus globalisasi membawa pengaruh ideologi liberalisme, maka dari itu sikap disiplin terhadap hukum dan norma yang ada di Indonesia perlu ditanamkan, sehingga masyarakat Majasetra paham dan tunduk terhadap hukum dan norma yang berlaku. |
Nilai Mandiri | Nilai mandiri pada karakter bangsa akan menumbuhkan sikap tidak ketergantungan. Bangsa yang berkarakter mandiri akan tumbuh dan tegak berdiri dengan usaha dan tanggung jawab yang kuat dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik. |
Nilai Demokratis | Karakter yang demokratis akan selalu menempatkan pandangan bahwa semua orang harus diperlakukan sama. Nilai demokratis akan membangun karakter yang peduli akan eksistensi Pancasila dan mementingkan kehidupan berbangsa dan bernegara dibanding kepentingan pribadi. |
Nilai Rasa Ingin Tahu | Bangsa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentu akan peduli terhadap berbagai fenomena yang terjadi terhadap bangsanya. Tentunya, hal ini akan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap bangsa Indonesia. |
Nilai Semangat Kebangsaan | Nilai semangat kebangsaan perlu ditanamkan dalam menghadapi pengaruh negatif globalisasi, bangsa yang berkarakter semangat akan menumbuhkan rasa mencintai tanah air dan dapat menghadapi arus globalisasi dengan bijak. |
Nilai Cinta Damai | Pengembangan nilai cinta damai, merupakan prioritas dalam Pendidikan karakter. Banyaknya perpecahan yang terjadi di desa Majasetra menunjukan bagaimana kehidupan rukun belum terwujud sepenuhnya. Menanamkan cinta damai tentu dapat mempertahankan eksistensi |
Pancasila. sebagai negara dengan keberagaman yang berlimpah, mencintai perdamaian menjadi kunci dalam menjaga persatuan dan kesatuan antar masyarakat desa Majahtera. | |
Nilai peduli lingkungan | Pembangunan nilai peduli lingkungan akan membentuk karakter bangsa yang dapat peduli kepada sesama manusia, nilai peduli lingkungan menjadi nilai yang dapat menyadarkan betapa pentingnya melestarikan budaya dan nilai yang ada pada Pancasila. |
Nilai peduli Sosial | Menanamkan karakter peduli sosial akan menghindarkan masyarakat dari sifat individualisme yang marak terjadi saat ini di desa Majasetra. Pentingnya karakter ini akan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan sifat saling tolong menolong dan peduli terhadap sesama manusia. |
Nilai-nilai tersebut terkandung dalam Pancasila, untuk itu Pancasila diharapkan di tengah arus globalisasi yang pesat ini tidak kehilangan esensinya. Masyarakat di Desa Majasetra juga diharapkan dapat memahami makna dan nilai serta mengaplikasikannya dalam kehidupan. Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan karakter bangsa Indonesia sudah sepatutnya sebagai bangsa yang berideologikan Pancasila karakter yang ditanamkan pada jati diri bangsa dapat sesuai dengan apa yang ada pada Pancasila. Meskipun, arus globalisasi semakin pesat, masyarakat Majasetra dapat memilih dan memilah nilai-nilai apa saja yang dapat membawa perubahan dan dapat membangun bangsa. Akibat adanya globalisasi ini, jadikan Pancasila sebagai tiang hidup berbangsa dan bernegara, agar keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap dapat dijaga dan dipertahankan, selain itu karakter yang tertanam menunjukan pada karakter warga negara yang baik. Dengan tertanamnya karakter yang baik, maka masyarakat dapat membangun bangsa ke arah kemajuan yang dapat membawa perubahan dalam berbagai bidang aspek kehidupan nantinya. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan Sebagai bangsa yang berideologikan Pancasila hendaknya kita dapat menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai pembangun karakter dalam diri melihat arus globalisasi yang pesat dan dampak yang ditimbulkan pula dapat merusak karakter bangsa. Oleh sebab itu, sebagai bangsa Indonesia hendaknya kita dapat menanamkan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila sebagai pembangun karakter diri dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan memahami dan mengimplementasikan nilai Pancasila maka, karakter yang di cerminkan merupakan karakter bangsa Indonesia seharusnya.
KESIMPULAN
Arus globalisasi yang pesat membawa banyak perubahan diberbagai aspek kehidupan salah satunya aspek sosial budaya. Penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi di desa Majasetra seperti sikap individualis, kekerasan, kenakalan remaja, bahkan tindakan pembunuhan menjadi faktor karakter bangsa yang menyusut. Oleh karena itu, nilai-nilai dalam Pancasila perlu diimplementasikan dalam kehidupan. hal ini karena bangsa Indonesia merupakan negara yang berideologikan Pancasila, dimana Pancasila dijadikan masyarakat sebagai pandangan berbangsa dan bernegara. Karakter bangsa Indonesia seharusnya dapat tercermin sesuai dengan nilai-nilai pada Pancasila. Hal ini yang menyebabkan Pancasila dapat dijadikan sebagai pondasi dalam membangun karakter bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila itu antara lain nilai religius, nilai kejujuran, nilai toleran, nilai disiplin, nilai mandiri, nilai demokratis, rasa ingin tahu, nilai semangat kebangsaan, nilai cinta damai, nilai peduli terhadap lingkungan, nilai peduli sosial. Nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan pada masyarakat desa Majasetra.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulilah puji syukur kepada allah swt, karena kehendaknya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Membangun Karakter Generasi Muda Melalui Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Di Tengah
Arus Globalisasi, tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ad, P. (2016). Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila Bagi Masyarakat Sebagai Modal Dasar Pertahanan Nasional NKRI. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 1(1), 15–36.
Anggraini, D., Fathari, F., Anggara, J. W., & Ardi Al Amin, M. D. (2020). Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Bagi Generasi Milenial. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial Dan Politik, 2(1), 11. https://doi.org/10.33474/jisop.v2i1.4945
Asmaroini, A. P. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa Di Era Globalisasi. Citizenship Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 4(2), 440. https://doi.org/10.25273/citizenship.v4i2.1077
Damanhuri, D., Bahrudin, F. A., Legiani, W. H., & Rahman, I. N. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya Pembangunan Karakter Bangsa. Untirta Civic Education Journal, 1(2), 185–198. https://doi.org/10.30870/ucej.v1i2.1890
Eva Imania Eliasa. (2008). Peran Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Karakter Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta, 1–12.
Gunawan, I. (2012). Pendidikan Karakter. 15/12/2015, 18. http://fip.um.ac.id/wp- content/uploads/2015/12/15.1_Pendidikan-Karakter.pdf
Kaelan. (2012). Problem Epistemologis Empat Pilar Berbangsa Dan Bernegara. Paradigma. Kosim, M. (2011). Urgensi pendidikan karakter. Karsa, IXI(1), 85–92.
Lasiyo, Soeprapto, S., & Wikandaru, R. (2019). Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila. Universitas Terbuka, 1–43.
Nurhaidah, M. I. M. (2015). Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia. Pesona Dasar (Jurnal Pendidikan Dasar Dan Humaniora), 1(4), 1–14. https://doi.org/10.24815/pear.v7i2.14753
Pustaka, B. (2001). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rachmah, H. (2013). Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karakter Bangsa Yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. E-Jurnal Widya Non-Eksakta, 1.
Septian, D. (2020). Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Dalam Memperkuat Kerukunan Umat. TANJAK: Journal of Education and Teaching, 1(2), 155–168. https://doi.org/10.35961/tanjak.v1i2.147
Winarno. (2020). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Bumi Aksara.
YALIDA, A. (2019). Pendiidikan Karakter Yang Berbasis Pada Nilai-Nilai Pancasiladi Kelas Iv Sdn No. 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. Jurnal Pendidikan Islam Al-Ilmi, 88, 23–32. http://lonsuit.unismuhluwuk.ac.id/index.php/ilmi/article/view/262
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
https://www.kti.binsarhutabarat.com/2021/04/nilai-nilai-pancasila-di-tengah-arus-globalisasi.html
Friday, April 16, 2021
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila
Pengimplementasian Nilai-Nilai Pancasila Dalam Membangun Karakter Jati Diri Anak Bangsa
Siti Fatimah1*, Dinie Anggraeni Dewi 2
Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
1sitifatimahhh@upi.edu
*korespondensi penulis
Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diimplementasikan dalam membangun karakter jati diri anak bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka dari sumber-sumber yang dapat di percaya. Hasil penelitian menjabarkan bahwa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan melalui pembelajaran dalam dunia pendidikan dan juga penciptaan lingkungan bersuasana Pancasila yang dikenal dengan kampung Pancasila. Penerapan dalam dunia pendidikan dapat disisipkan pada setiap matapelajaran, lingkungan sekolah yang mendukung, dan mencontohkan perilaku yang baik. Penerapan dalam kampung Pancasila dapat diajarkan mengenai nilai- nilai kehidupan yang harus dilaksanakan sesuai Pancasila seperti hidup gotong- royong, toleransi, rukun, dan musyawarah. Beragam permasalahan karakter seperti tawuran antar pelajar, kekerasan dan pembunuhan, minum-minuman keras, dan narkoba yang terjadi pada anak menjadi garis besar bahwa nilai karakter sangat penting. Diharapkan dengan adanya pengimplementasian nilai ini, generasi muda mampu memiliki karakter yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga tidak menghilangkan jati diri bangsa Indonesia.
ABSTRACT
Keywords:
Values of Pancasila; Character of the Nation; Identity.
The Implementation of Pancasila Values in Building The Character of The Identity of Citizen. This research aims to describe how the values of Pancasila can be implemented in building the identity character of the nation's children in national and state life. The research method uses qualitative approach with library study method from believing sources. The results of the study explained that implementing the values of Pancasila can be applied through learning in education and also the creation of an environment with the Pancasila Village. The application in education can be inserted in every subject, supportive school environment, and good behavior. The application in pancasila village can be taught about the values of life that must be implemented in accordance with Pancasila such as gotong-royong life, tolerance, harmony, and deliberation. Various character problems such as student brawls, violence and murder, drinking, and drugs that occur in children become the outline that character values are very important. It is expected that with the implementation of this value, the young generation is able to have good character and in accordance with the noble values of Pancasila so as not to eliminate the identity of the Indonesian.
Pendahuluan
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia dan juga menjadi pandangan hidup. Sebagai pandangan hidup, Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang telah digagas dan dikaji oleh para tokoh terdahulu. Pancasila dianggap memiliki nilai-nilai paling sesuai untuk menuntun keberlangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Nilai-nilai tersebut memperhatikan segala aspek dalam kehidupan. Dewasa ini, nilai-nilai Pancasila mengalami ketimpangan-ketimpangan yang mengakibatkan pudarnya nilai-nilai Pancasila. Ketimpangan itu terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Adanya pengaruh globalisasi juga mempengaruhi nilai-nilai Pancasila, sehingga masyarakat tidak menyadari akan ketimpangan yang telah diperbuat. Menurut Asrori, (2017) mengatakan, pengaruh globalisasi yang terjadi di dunia tidak dapat dihindari. Globalisasi ini membawa dunia kepada kehidupan yang lebih berwarna dengan adanya kecanggihan-kecanggihan teknologi pembaharuan. Adanya pembaharuan ini membawa pengaruh positif bagi kehidupan era digital ini. Adanya globalisasi ini juga menimbulkan dampak negatif pula bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nurizka & Rahim (2020) juga mengatakan bahwa arus globalisasi ini dapat memberikan peluang dan juga ancaman. Peluang di sini dapat digambarkan bahwa globalisasi dapat memiliki pengaruh bagi pertumbuhan dan pembangunan bangsa dan negara. Sedangkan ancamannya dapat digambarkan berupa kekhawatiran yang terjadi terhadap tergerusnya identitas bangsa Indonesia. Di sini, sikap kritis dari warga diperlukan untuk mengantisipasi dampak negatif (Gultom, & Reresi, 2020).
Dampak yang diakibatkan dari adanya arus globalisasi adalah adanya perilaku kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila. Penyimpangan yang terjadi pun tidak sesuai dengan norma-norma dan moral kehidupan yang berlaku dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Penggambaran penyimpangan tersebut misalnya, adanya tawuran antar pelajar, aksi teror-meneror, beredarnya video porno dalam kancah internet, maraknya kekerasan dan pembunuhan, geng motor pelajar, penggunaan narkoba atau ganja, dan meminum minuman beralkohol. Beberapa penyimpangan yang terjadi dapat mengikis pada rendahnya karakter bangsa yang tak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dikhawatirkan dapat menggerus karakter bangsa yang mengakibatkan pada pencitraan moral yang buruk. Jika hal tersebut berlangsung terus-menerus bukan tak mungkin bangsa kita akan krisis moral dan nilai-nilai Pancasila ini dapat luntur. Sejatinya, Pancasila saat ini hanya dijadikan pengetahuan oleh masyarakat saja, tetapi implementasi dari nilai-nilai Pancasila ini masih dikatakan belum terlaksana dengan baik.
Uraian-uraian tersebut menjadi poin penting untuk diperhatikan, agar implementasi dari nilai- nilai Pancasila ini dapat membentuk karakter bangsa yang baik. Pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai pembentuk karakter bangsa juga merupakan cerminan dari warga negara yang baik atau good citizen. Karakter bangsa ini perlu dikembangkan pada anak generasi bangsa kita. Keadaan yang terjadi saat ini, mendesak generasi bangsa harus memiliki perhatian dalam karakter yang sesuai dengan Pancasila. Jika mereka terjun ke dalam penerus pembangunan bangsa, tetapi karakter yang dimiliki tidak sesuai, tentunya bangsa kita tidak mungkin maju. Maka dari itu, perlu pembentukan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila agar generasi bangsa kita memiliki akhlak yang baik. Kehidupan yang saat ini memang mengharuskan untuk mencari solusi guna menerapkan nilai-nilai karakter Pancasila pada anak generasi bangsa kita, agar penerus bangsa yang akan datang dapat mengimplementasikan Pancasila pada kehidupan bangsa dan negara sehingga memiliki karakter bangsa yang baik.
Konsep karakter menyebutkan bahwa karakter dapat diartikan sebagai suatu tindakan perilaku, berpikir, dan bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Mujiwati, 2018). Selain itu, karakter juga dapat diartikan sebagai sifat-sifat pribadi seseorang yang ditunjukkan dalam berperilaku dan budi pekerti yang mampu membedakan antara seseorang dengan yang lainnya. Karakter dapat menjadi atribut diri seseorang yang melekat pada dirinya. Dari beberapa pengertian tersebut,
karakter dapat disimpulkan sebagai nilai dasar yang mencerminkan tindakan seseorang dalam perilaku keseharian dan karakter mampu membedakan seseorang dengan orang lain.
Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara, tentunya Pancasila memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam setiap silanya. Nilai-nilai tersebut yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal, objektif dan subjektif. Bersifat universal, objektif artinya bahwa nilai-nilai Pancasila dapat digunakan dan diakui oleh negara-negara lain. Sedangan subjektif artinya, bahwa nilai-nilai Pancasila ini melekat pada pembawa dan pendukung dari Pancasila yang meliputi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menjadi landasan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga dianggap yang paling tepat karena sesuai dengan hati Nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa. Asmaroini (2016) menyatakan beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, yaitu: pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila ini mengandung nilai bahwa adanya negara merupakan kuasa dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, segala bentuk penyelenggaraan dan pelaksanaan negara yang meliputi moral, hukum, pemerintahan politik, kebebasan menyatakan pendapat dan Hak Asasi Manusia, dalam pelaksanaanya harus dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhanan. Dengan sila satu ini dimaksudkan agar manusia menyadari bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Tuhan sehingga segala sesuatunya harus sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan tidak melakukan tindakan yang tidak diperbolehkan olehNya (Soeprapto, 2016).
Kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Dalam sila ini mengandung nilai bahwa negara harus mampu menjungjung tinggi harkat martabat warga negara Indonesia. Selain itu, negara juga harus menjungjung tinggi perundang-undangan yang membahas mengenai nilai-nilai martabat warga negara sebagai makhluk yang beradab terlebih dalam menjamin HAM pada warga negara. Ketiga, Persatuan Indonesia. Dalam sila ini mengandung nilai bahwa bangsa kita merupakan bangsa yang harus bersatu, karena kodratnya manusia adalah makhluk sosial, dimana satu sama lainnya saling beketergantungan dan saling membutuhkan. Keberagaman dalam suku, ras, kelompok, maupun golongan jangan menjadi hambatan guna kehidupan bersama. Walaupun berbeda-beda, tetapi kita harus tetap satu jua atau yang biasa dikenal dengan Bhineka Tunggal Ika.
Keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Rakyat merupakan unsur pendukung suatu negara. Dalam sila ini mengandung nilai bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara harus dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Hal tersebut menunjukan bahwa rakyat pemegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara Indonesia dan nilai-nilai demokrasi pun harus ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam sila ini mengandung nilai bahwa bangsa Indonesia harus memiliki komitmen yang kuat guna menjalankan keadilan bagi seluruh warganya. Hal ini dimaksudkan agar warga negara mampu merasakan kesejahteraan bersama. Nilai keadilan sosial ini juga dapat terwujud berupa pencerminan sikap gotong-royong, keharmonisasian dalam menjalankan hak dan kewajiban, dan mengormati hak-hak orang lain.
Pembangunan karakter anak bangsa sejatinya telah di gelakan saat jaman dahulu pada masa- masa perintisan sebelum Indonesia merdeka. Presiden RI pertama kita, yaitu Bung Karno selalu menyampaikan betapa pentingnya membangun karakter anak bangsa. Pada saat awal merintis kemerdekaan, sebelum Sumpah Pemuda diluncurkan pada 28 Oktober 1928, lagu karya buah WR. Supratman disebutkan bahwa dalam menbangun suatu bangsa dapat dilakukan melalui membangun jiwanya. Disebutkan pada lirik “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”, dengan adanya hal tersebut maka syair lagu kebangsaan Indonesia harus ditindaklanjuti sebagai tindakan dalam membangun bangsa yang berawal dari membangun jiwanya atau membangun karakter bangsanya.
Pada pembangunan bangsa, menurut Zabda (2017) yang terjadi hanyalah menitik beratkan pada aspek fisik material saja. Hal tersebut melahirkan anak-anak bangsa yang berfokus pada aspek fisik
material dan individualis, sehingga anak-anak bangsa tidak memiliki karakter yang kuat dalam pembangunan bangsa ini. Penggambaran fisik material dapat di cerminkan melalui pendidikan yang hanya berfokus pada ranah kognitif belaka tanpa mempertimbangkan karakter apa yang harus di miliki anak bangsa ini. Anak-anak dituntut untuk mengikuti Ujian Nasional pada masa akhir sekolahnya yang menyebabkan segala cara pun mereka lakukan, bahkan tak semua anak mampu berbuat jujur.
Metode
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka terhadap penelusuran
beberapa konsep yang berkaitan dengan penelitian ini. Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri dimana data-data yang diperoleh memiliki kualitas makna-makna tertentu yang didapatkan melalui penelusuran pustaka. Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang dipaparkan berupa deskripsi yang diuraikan dalam bentuk pernyataan. Data yang dipaparkan di dapat dari membaca teori-teori, menganalisis, dan memahami yang kemudian disimpulkan dari apa yang telah didapat dengan sumber-sumber yang relevan dan berkaitan.
Hasil dan Pembahasan
Dalam kehidupan, warga negara memerlukan implementasi nilai-nilai luhur dari Pancasila yang menjadi dasar filsafat pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila murni diterapkan pada kehidupan yang sesungguhnya. Penerapan tersebut dimaksudkan agar hidup ini sesuai dengan norma-norma dan etika yang berlaku dalam bangsa Indonesia. Pancasila, merujuk Notonegoro, merupakan dasar yang paling tepat untuk dijadikan patokan hidup guna keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pun dapat di jadikan sebagai pemersatu bangsa Indonesia (Antari, & De Liska, 2020). Kelangsungan hidup di tengah arus globalisasi yang berkesimpangan membuat kita harus melestarikan nilai-nilai implementasi dari Pancasila. Hal ini dimaksudkan agar generasi penerus bangsa dapat mengamalkannya dalam kehidupan yang akan datang. Penerapan tersebut juga bertujuan agar generasi anak bangsa memiliki karakter yang baik.
Menurut Budhiman (2017), ada nilai-nilai karakter yang harus dimiliki generasi bangsa kita yang sesuai dengan budaya bangsa yaitu: pertama religius, merupakan suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan ketakwaannya terhadap Tuhan yang Maha Esa, toleransi dalam perbedaan agama, dan mentaati segala perintahnya dan menjauhi laranganNya. Kedua, jujur merupakan segala tindakan yan dilakukan sesuai dengan apa adanya. Upaya tersebut menjadikan dirinya dapat dipercaya oleh orang lain, baik dalam perilaku atau perkataan. Ketiga, toleransi merupakan suatu sikap dalam menghargai segala perbedaan baik ras, suku, etnis, budaya dan agama. Keempat, disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukkan ketertibannya dalam menjalankan sesuatu sehingga tepat pada apa yang seharusnya. Kelima, kerja keras merupakan usaha sungguh-sungguh yang dilakukan dalam mencapai sesuatu.
Keenam, kreatif merupakan suatu pembaharuuan ide yang dibuat dari cara baru yang diciptakan. Ketujuh, mandiri merupakan sikap yang ditunjukkan dalam melakukan sesuatu oleh dirinya sendiri dan tak bergantung dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kedelapan, demokratis merupakan cara bertindak dan berpandang bahwa hak dan kewajiban setiap orang adalah sama, serta selalu mengutamakan musyawarah dalam setiap menyelesaikan permasalahan. Kesembilan, rasa ingin tahu merupakan usaha dalam mencari pengetahuan lebih ketika ada sesuatu yang tidak dipahami dalam dirinya. Kesepuluh, semangat kebangsaan merupakan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara lebih utama dari pada kepentingan pribadi dan kelompok. Kesebelas, cinta tanah air merupakan sikap kecintaannya terhadap bangsa dan mampu mengharumkan nama bangsa.
Keduabelas, menghargai prestasi merupakan suatu tindakan dalam diri yang mampu menciptakan peluang untuk berprestasi dan selalu menghormati keberhasilan yang dicapai oleh orang lain. Ketigabelas, bersahabat merupakan kemampuan yang dimiliki dalam bersosialisasi dengan orang
lain sehingga terjalin keharmonisan dalam suatu interaksi sosial. Keempatbelas, cinta damai, merupakan sikap yang di tunjukan dalam menghormati segala perbedaan yang ada sehingga terjalin kerukunan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Kelimabelas, gemar membaca merupakan tindakan yang dilakukan guna menambah ilmu pengetahuan untuk mengasah potensi diri. Keenambelas, peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakannya dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Ketujuhbelas, peduli sosial merupakan sikap dan tindakannya dalam kepekaan terhadap kejadian-kejadian yang sedang terjadi di lingkungan sekitar, serta mau memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Kedelapanbelas, tanggung jawab merupakan sikap dan tindakan yang mampu memenuhi segala kewajibannya dalam suatu hal sehingga dapat terselesaikan.
Pengimplementasian karakter dari nilai-nilai Pancasila guna membangun karakter bangsa diantaranya: pertama, nilai- nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai karakter yang terdapat dalam sila ini meliputi kerakyatan terhadap Tuhan, kebebasan dalam beragama, toleransi dalam perbedaan agama, dan saling mencintai antar sesama. Kedua, nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai karakter yang terdapat dalam sila ini meliputi kejujuran dalam berperilaku, keberadilan, keberadaban, dan kesetaraan derajat. Ketiga, nilai-nilai persatuan Indonesia. Nilai karakter yang terdapat dalam sila ini meliputi persatuan bangsa, cinta tanah air, Bhineka Tunggal Ika, dan kebersamaan. Keempat, nilai-nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Nilai karakter yang terdapat dalam sila ini meliputi kerakyatan, bermusyawarah mufakat, demokrasi dan bijaksana dalam setiap keputusan. Kelima, nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai karakter yang terdapat dalam sila ini meliputi kesejahteraan dalam hidup baik lahir maupun batin, keadilan terhadap warga negara, gotong royong, dan etos kerja.
Nilai-nilai karakter yang ada tentunya tidak mudah untuk dapat di implementasikan dalam kehidupan. Pastinya ada hambatan-hambatan dalam melaksanakan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan Pancasila, menurut Damanhuri, dkk. (2016) diantaranya yaitu: masih banyak warga negara yang belum turut serta dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan. Selain itu, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila belum terlaksana dengan baik. Misalnya pada sila pertama, masih ada pejabat negara yang tergiur akan kesenangan semata sehingga berani melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Padahal semua bentuk tanggung jawab akan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sila kedua, masih ada pembatasan hak dalam menyampaikan aspirasi, serta kurangnya rasa saling menghormati antar warga negara.
Sila ketiga, masih banyak warga negara yang membeda-bedakan ras, suku, agama, bahkan budaya. Sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara ini masih sering mengalami kerusuhan antar suku. Sila keempat, seringkali pejabat tinggi masih mencontohkan ketidak demokratisan dalam melakukan suatu musyawarah yang berkaitan dengan kepentingan negara. Padahal seharusnya, pejabat tinggi mampu demokratis dalam setiap musyawarah sehingga tidak mementingkan keuntungan suatu golongan saja. Sila kelima, masih adanya perbedaan strata sosial dikalangan warga negara juga mengakibatkan kurang didengarnya aspirasi-aspirasi kalangan biasa.
Salah satu cara yang efektif dalam menanamkan karakter pada anak bangsa menurut Handitya (2019) dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang menarik. Seperti misalnya menyediakan tempat- tempat sekolah yang representatif sehingga anak merasa nyaman dalam mempelajari nilai-nilai Pancasila sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam dalam jiwa anak masing-masing. Penyediaan perpustakaan dengan konsep belajar sambil bermain pun mampu menyongsong daya tarik anak. Di saat kegiatan belajar sambil bermain dapat pula disisipkan nilai-nilai karakter Pancasila dapat berupa gotong royong, kebersamaan, dan persatuan.
Pendapat lain juga dikatakan oleh Firdaus (2016) yang menyebutkan bahwa penanaman nilai- nilai karakter pada anak juga dapat di implementasikan melalui pendidikan. Dimana dalam setiap mata pelajaran disisipkan nilai-nilai karakter yang mampu merubah sikap anak. Karena pendidikan yang sejatinya adalah menyiapkan generasi bangsa dalam membangun bangsa. Adapun peranan pendidikan
dalam merevitalisasikan karakter menurut Natasha (2012) yaitu: pertama, menerjemahkan nilai-nilai norma, moral dan muatan pendidikan yang dibutuhkan dalam hidup berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan Pancasila. Kedua, mengemas makna dan isi pendidikan sebagai tujuan pembangunan bangsa yang sesuai dengan perkembangan zaman dan memperhatikan nilai-nilai Pancasila. Ketiga, menggali teknis-teknis pengemasan pendidikan guna menyisipkan nilai-nilai karakter yang mampu diimplementasikan oleh siswa.
Hal yang terkait dengan implementasi nilai-nilai Pancasila dapat pula dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat seperti membuat perkampungan Pancasila yang masyarakat nya harus memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Gagasan ini pun telah terealisasikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi (Suharno, 2020). Keberadaan kampung ini dapat memupuk masyarakat agar hidup dalam kesadaran yang mementingkan aspek-aspek pembangunan bangsa. Selain itu, mampu menciptakan kesadaran dalam bela negara, hidup saling gotong-royong, penanaman wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme dalam membangun peradaban yang baik.
Adanya implementasi nilai-nilai Pancasila ini diharapkan dapat menghilangkan citra negatif bangsa kita akan ketimpangan yang berlaku dari adanya arus globalisasi yang masuk dan tidak dapat di saring oleh anak generasi kita yang mengedepankan kehidupan budaya luar (Sati, dkk. 2021). Pentingnya penanaman nilai-nilai karakter Pancasila ini agar anak generasi bangsa kita mampu menjadi sumber daya manusia yang seutuhnya sehingga mampu membawa perubahan bagi bangsa. Penanaman karakter untuk mendorong anak agar selalu berperilaku yang sesuai dengan Pancasila. Selain itu, penanamam implementasi ini agar mengurangnya krisis ketimpangan-ketimpangan moral yang terjadi dalam generasi bangsa (Laksana, 2016).
Simpulan
Pembangunan karakter merupakan hal yang penting dalam menghadapi segala tantangan kehidupan. Pancasila adalah pandangan kita dalam membenahi tatanan kehidupan. Pancasila dinilai yang paling tepat guna keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam memenuhi kebutuhan karakter anak bangsa, Pancasila mengimplementasikan nilai-nilai karakter pertama, menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam satuan pendidikan. Hal tersebut dapat dicontohkan melalui karakter yang baik di dalam seorang guru. Kedua, setiap pembelajaran dalam satuan pendidikan harus selalu menyisipkan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Ketiga, meningkatkan perhatian kepada warga negara dalam sosialisasi pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam menjadi pandangan kehidupan. Keempat, menyamakan pandangan warga negara terhadap Pancasila agar tidak ada multi-tafsir terhadap pandangan Pancasila. Kelima, penanaman karakter di mulai sejak dini saat anak berusia sekolah dasar yang di pandu oleh keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Referensi
Asrori, M. A. R. (2017). Integrasi Nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa yang Berbasis pada Lingkungan Sekolah. Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila dan Kewarganegaraan, 2(1).
Asmaroini, A. P. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa Di Era Globalisasi. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(2), 440-450.
Antari, L. P. S., & De Liska, L. (2020). Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Penguatan Karakter Bangsa. Widyadari: Jurnal Pendidikan, 21(2), 676-687.
Budhiman, A. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Damanhuri, D., Bahrudin, F. A., Legiani, W. H., & Rahman, I. N. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Upaya Pembangunan Karakter Bangsa. Untirta Civic Education Journal, 1(2).
Firdaus, F. (2016). Eksistensi Pendidikan Dalam Membangun Moralitas Bangsa. Ash- Shahabah, 2(1), 30-38.
Gultom, A. F., & Reresi, M. (2020). Kritik Warga Pada Ruu Omnibus Law Dalam Paradigma Critical Legal Studies. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 10(1), 38-47. http://dx.doi.org/10.20527/kewarganegaraan.v10i1.8497
Handitya, B. (2019). Menyemai Nilai Pancasila Pada Generasi Muda Cendekia. ADIL Indonesia Journal, 1(2).
Laksana, S. D. (2016). Urgensi pendidikan karakter bangsa di sekolah. MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman, 5(2), 167-184.
Mujiwati, Y. (2018). Peranan Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, 8(2), 165-170.
Natasha, H. (2012). Revitalisasi Lembaga Pendidikan dalam Upaya Membangun Karakter Bangsa. An- Nida', 37(1), 89-94.
Nurizka, R., & Rahim, A. (2020). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Membentuk Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah. Elementary School: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran ke-SD- an, 7(1), 38-49.
Sati, A. L., Marhamah, M., Nurhot, N., & Dewi, U. (2021). Representasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbudaya. Jurnal Syntax Fusion, 1(2), 1-11.
Suharno, S. (2020). Urgensi Revitalisasi Pancasila dalam Membangun Karakter Kebangsaan. JPK (Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan), 5(1), 23-33.
Soeprapto, S. (2016). Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Ber Masyarakat Berbangsa Dan Bernegara. Jurnal Ketahanan Nasional, 10(2), 17-28.
Zabda, S. (2017). Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara dan Implementasinya Dalam Pembangunan Karater Bangsa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 26
https://www.kti.binsarhutabarat.com/2021/04/implementasi-nilai-nilai-pancasila.html
Binsar Antoni Hutabarat: Kebohongan Sekte Setan!
Binsar Antoni Hutabarat: Kebohongan Sekte Setan! : Kebohongan Satanic atau Sekte Setan! Informasi terkair beredarnya kitab satanic yan...
-
https://www.binsarhutabarat.com/2023/02/beda-dosen-home-base-dan-dosen-tetap.html Salah satu persoalan yang menyebabkan beberapa Pen...
-
https://bit.ly/3cDiTW5 ALUR PENELITIAN PERMASALAHAN----------------------------------- TEORI PENDUKUNG ...
-
http://dlvr.it/T2bHx8Karya Tulis Ilmiah, Jurnal Akademik, Kurikulum, Evaluasi Pendidikan, Hubungan Agama dan Masyarakat, Hak Asasi Manusia ...